(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw didengarkan oleh para jamaah haji : “Jangan
kalian berbalik setelah aku wafat kepada kekufuran dengan saling
membunuh” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ
الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا
لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ
الْمُنَاسَبَةِ الطَّيِّبَةِ الطَّاهِرَةِ…
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha menguasai kerajaan langit dan bumi, dan Maha Tunggal
mengaturnya, memberikan kekuatan kepada hamba-Nya dengan kadar
kehendak-Nya. Allah subhanahu wata’ala menguasai kekuatan dan tidak
memberi kekuatan kepada hamba-hamba-Nya yang lain melebihi kekuatan yang
diberikan kepada manusia. Para khalifah yang menjadi penguasa di muka
bumi, menguasai segala sesuatu yang ada di bumi untuk tunduk kepadanya,
sebagaimana firman-Nya:
أَنَّ الأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
(الأنبياء: 105 )
” Bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh” ( QS. Al Anbiyaa: 105 )
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Merekalah yang menjadi rahasia penguasa yang hakiki di muka bumi,
walaupun mereka tidak terlihat, namun Allah memberikan kemampuan dan
kekuatan kepada mereka, tentunya bukan dengan kekuatan lain selain
dengan doa, kekuatan dzikir, kekuatan takwa, kekuatan munajat untuk
membentengi musibah, bukan hanya membentengi musibah, bahkan
menyingkirkan dan menundukkan musibah langit, lautan, gunung,
sebagaimana janji Allah subhanahu wata’ala, dan tanpa mereka berdoa pun
Allah telah mengamankan bumi dengan keberadaan mereka, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَاْلأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ
كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوِ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهِمُ اللَّهُ بَالَةً
(صحيح البخاري)
“Orang-orang shalih telah pergi (wafat), satu per satu, sampai tidak
tersisa seorangpun kecuali manusia-manusia yang buruk, ibarat sampah
gandum atau ampas kurma yang Allah tidak lagi mempedulikan mereka
sedikitpun.” ( HR. Bukhari )
Para shalihin satu persatu wafat, sehingga di lingkungan suatu
masyarakat tidak tersisa lagi orang shalih kecuali sampah-sampah yang
tidak berarti di mata Allah sehingga Allah tidak peduli atas apa yang
akan menimpa mereka setelah kewafatan para shalihin. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita bahwa dengan
keberadaan para shalihin itu maka Allah peduli dengan keadaan penduduk
bumi, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ
( الأنفال : 33 )
” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu(Muhammad) berada di antara mereka” (QS. An Anfal:33)
Tiada akan datang siksa kepada mereka (yang jahat) selama Engkau
(nabi Muhammad) berada diantara mereka. Tetangga nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam yang jahat telah aman dari siksa Allah
karena masih ada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian
Allah melanjutkan firman-Nya:
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
(الأنفال : 33 )
“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” ( QS. Anfal: 33)
Allah tidak akan menurunkan siksa kepada hamba-Nya selama mereka
memohon pengampunan. Istighfar memohon pengampunan itu jangan dianggap
remeh karena hal itu menampik musibah, dan sebaliknya perbuatan dosa itu
seakan menciptakan musibah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
(الشورى : 30 )
” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu” (QS. As Syuura: 30 )
Semua musibah yang menimpa kalian itu adalah sebab dari perbuatan
kalian sendiri, namun dibalik itu Allah telah lebih banyak memaafkan
daripada menimpakan musibah atas balasan dari perbuatan jahat mereka.
Sungguh beruntung orang-orang yang diberi musibah di dunia dan
dibebaskan musibahnya di akhirah dan merugilah orang yang tidak diberi
musibah di dunia namun ditimpa musibah di akhirah, dan sangat beruntung
orang yang diselamatkan dari musibah di dunia dan diselamatkan pula dari
musibah di akhirah, siapakah mereka?, mereka adalah yang mengikuti
tuntunan rahmatan lil’alamin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Untuk itulah Muhammad Rasulullah diturunkan ke muka bumi
kepadaku dan kalian, agar mendapatkan kebahagian di dunia dan di
akhirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus ke muka bumi
adalah untuk membawa rahmat agar kita aman di dunia, segala seuatu
apapun sudah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar
segala musibah bisa terjauhkan dari kita. Diriwayatkan dalam sebuah
riwayat selain Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah bersabda :
“barangsiapa yang membaca (berdoa)”:
بِسمِ اللهِ الَّذِي لا يَضُرُّ مَعَ اسمِهِ شَيءٌ في الأرْضِ وَلا في السّماءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Siapa yang membaca doa itu 3 kali di pagi hari dan sore hari maka ia
tidak akan ditimpa musibah di hari itu. Dan dalam riwayat Al Imam Ibn
Daud disebutkan bahwa orang yang membaca doa itu tidak akan ditimpa
musibah yang datang secara tiba-tiba di hari itu. Kok gampang banget
bib?, ucapannya sangat mudah namun makna kalimatnya sangat agung yang
harus difahami : “Dengan nama Allah, tidak akan membawa mudharat jika
bersama nama-Nya apapun yang ada di langit dan di bumi dan Allah Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui”, sirnalah segala bahaya di langit dan
bumi terhalangi dan terbentengi dengan nama Allah subhanahu wata’ala.
Siapa yang menciptakan musibah?, Allah lah yang menciptakan musibah, dan
kenikmatan siapa yang menciptakan? Allah juga yang menciptakan, cuma
bedanya bahwa musibah di muka bumi ini adalah penghapusan dosa bagi
ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. ( Jadi kalau saya
sudah baca doa tadi Bib tetapi masih mendapat musibah, berarti nabi
bohong dong?!), tidak demikian, akan tetapi mungkin saja ada seribu
musibah yang ada dihadapanmu telah Allah singkirkan dan hanya satu yang
menimpamu. Kita tidak mengetahui misalnya tiba-tiba besok kita terkena
stroke hingga wafat, puluhan tahun terbaring tidak bisa bergerak, namun
Allah gantikan hanya dengan terkena flu misalnya. Tetapi semakin kuat
kita menghadirkan makna dari ucapan (doa) itu, maka semakin banyak
musibah yang tersingkirkan. Dan para shalihin dan para ‘arif billah
tidak membaca dzikir itu hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk
seluruh ummat. Mereka niatkan dzikir itu untuk gunung-gunung berapi,
gempa bumi dan lainnya. Mereka dekatkan dekatkan ke dalam hatinya agar
diturunkan cahaya Allah di barat dan timur untuk menenangkan semua
musibah itu, maka jutaan musibah yang akan reda disebabkan niat para
shalihin, jadi semakin para para shalihin maka akan semakin aman,
sebaliknya semakin tidak ada para shalihin maka akan semakin banyak
musibah, wal’iyadzubillah. Dan semakin banyak yang mengamalkan sunnah
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka akan semakin aman,
paling tidak untuk dirinya sendiri. Namun doa para shalihin bukan lagi
untuk diri mereka sendiri tetapi doa mereka untuk ummat. Hujjatul Islam
wabarakatul anam Qutbulanfas Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas
Shahib Ar Ratib, beliau adalah seorang hujjatul islam, apakah hujjatul
islam itu? Yaitu yang hafal lebih dari 30000 hadits beserta sanad dan
matannya, dan derajat keshalihan dan kemakrifatannya pun memuncak di
masanya, beliau adalah guru dari hujjatul islam Al Imam Abdullah bin
Alwy Al Haddad, dimana beliau juga mempunyai murid seorang hujjatul
islam juga yaitu Al Imam Ahmad bin Zein Al Habsyi, demikian mereka para
ulama lautan-lautan ilmu dan lautan makrifah, Diriwayatkan bahwa Al Imam
Umar bin Abdurrahman Al Atthas ini di saat shalat tahajjud beliau
selalu mengulang-ulang doa :
اَللّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ
” Wahai Allah berilah kami (orang-orang muslim) hidayah, seperti orang yang telah Engkau beri hidayah “
Hingga adzan subuh, beliau terus mendoakan seluruh penduduk bumi agar
mendapatkan hidayah, yang muslim agar Allah tambah hidayahnya dan yang
non muslim agar diberi hidayah, hanya itu doanya sepanjang malam, maka
pahala semua orang yang mendapat hidayah maka Al Imam Abdurrahman Al
Atthas mendapatkan bagian dari itu, kenapa? karena Rasulullah telah
bersabada dalam riwayat Shahih Muslim: “Ketika seseorang yang mendoakan
saudara muslim lainnya maka berkatalah malaikat: amin walaka mitsluh
(bagimu seperti doamu)”, jika mendoakan untuk seluruh muslimin, Maka
hidayah sampai kepada mereka atau tidak namun malaikat berkata : “amin,
semoga engkau mendapat hidayah sebanyak jumlah muslimin”, dan hal itu
tidaklah sulit bagi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
( إبراهيم:20 / فاطر:17 )
” Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah” (QS.Ibrahim:20/ QS. Fathir:17 )
Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
( الملك:15 )
” Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 15 )
Renungilah ayat ini, Allah telah menjadikan bumi ini dzaluul yang
artinya tunduk atau patuh, seperti keledai atau hewan lainnya yang
ketika ditunggangi dia hanya diam saja. Dan Allah telah menundukkan bumi
untuk kita sehingga kita bisa berjalan diatasnya, jika Allah tidak
tundukkan bumi ini untuk kita maka bumi ini akan gempa atau goyang dan
lain sebagainya. Dan juga kita memakan rezeki yang ada di bumi ini
kemudian kepada Allah kita akan kembali. Akhir dari ayat ini menjadi
penentu perbuatan bumi terhadap kita, bahwa kita akan kembali kepada
Allah subhanahu wata’ala, jika kita telah lupa bahwa kita akan kembali
kepada Allah subhanahu wata’ala, maka berubahlah sifat gunung dan bumi,
dia tidak lagi tunduk kepada kita, bahkan kita yang akan diinjak-injak
oleh bumi, disiksa oleh gunung, debu, banjir dan bencana alam yang
lainnya, kenapa ? karena kita tidak merenungkan kalimat terakhir dalam
ayat ini : وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ ( Dan hanya kepada-Nya lah kalian
kembali). Saya perjelas, namun jangan tersinggung dulu karena majelis
ini disiarkan di streaming seluruh dunia, namun jamaah yang disini
insyaallah tidak akan tersinggung, cuma yang menyaksikan di luar saya
mohon jangan tersinggung dulu. Bahwa dari 21 gunung yang telah
dikabarkan aktif itu hampir berada di wilayah-wilayah yang penduduknya
bukan orang shalih (maaf) bahkan kebanyakan dari mereka menyembah selain
Allah seperti ratu Kidul dan yang lainnya, dan bukanlah termasuk ummat
nabi Muhammad yang baik (maaf), maka hal ini merupakan salah satu
teguran, tapi (jangan marah dulu) hal ini juga kesalahan para da’i dan
ulama’ juga, para dai tidak sampai kesana, namun jangan saling
menyalahkan diantara para da’i atau menyalahkan para da’i yang di
Jakarta. Sebaiknya kita berdoa saja semoga Allah memperbanyak para
shalihin , amin. Jadi gunung-gunung berapi itu sebenarnya berdakwah
mengambil posisi para da’i karena para da’i yang disana tidak mau
bergerak, maka gunung-gunung itu berkhidmah kepada sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika gunung-gunung berbuat demikian maka
Masjid dan mushalla menjadi ramai, banyak yang berdoa kepada Allah,
banyak yang menangis dan bermunajat memanggil nama Allah, banyak yang
mengucapkan kalimah Allahu Akbar, Laailaaha illallah yang sebelumnya
tidak mereka perbuat. Hal ini menunjukkan seakan-akan gunung-gunung itu
berbicara kepada kita : ” Mampukah kalian datang kepada kami untuk
berdakwah, jika kalian tidak mampu maka jangan salahkan kami jika kami
ingin membantu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Dan
walaupun kita mampu mencapai kesana, cuma kita agak sedikit tersinggung,
kenapa? gunung merapinya disana mengapa debunya dikirim kesini,
bisa-bisa batuk tersebar di Jakarta dalam 2 tau 3 hari ini terkena debu
gunung semeru, jika engkau mengirim debu maka kami akan mengirim cahaya
Allah dalam doa dan dzikir kesana, kita yang disini mengirim cahaya doa
kepada Allah kesana, mungkin ada yang merasa aneh dengan ucapan saya,
tetapi ingat firman Allah subhanahu wata’ala:
فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا
( الأعراف: 143 )
” Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh” (QS. Al A’raf: 143 )
Ketika Allah menampakkan cahaya kewibawaan-Nya maka membuat gunung
hancur lebur. Kita brdzikir dengan nama Allah itu mneyingkap rahasia
cahaya kewibawaan Allah, semoga di saat kita berdzikir Allah tunjukkan
cahaya kewibawaan-Nya kepada semua gunung yang aktif agar mereda
laharnya dengan cahaya kesejukan Allah. Lalu bagaimana dengan mereka
yang belum beriman?, semoga Allah jadikan bagi mereka ledakan hidayah
bukan ledakan gunung-gunung merapi, ledakan orang-orang yang taat dan
banyak bersujud dan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, amin
allahumma amin. Kita sedikit merasa risau juga jika dengan keadaan yang
seperti ini nanti justru akan semakin banyak non muslim yang berdakwah
kesana, dan semakin banyak pula orang-orang yang meninggalkan ummat
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya punya rencana
untuk berangkat kesana bersama Habib Hud dan para da’i yang lainnya
untuk mendatangi gunung-gunung, namun bagaimana dengan Jakarta yang
merupakan ibukota negara muslimin terbesar dan paling banyak maksiat di
tempat ini, jika Jakarta ditinggal maka khawatir Jakarta yang akan
terkena musibah seperti banjir dan lain sebagainya. Jakarta juga perlu
majelis dzikir, majelis ta’lim dan lainnya, ya sudah kita doakan saja
mereka yang disana, dan jika ada diantara saudara-saudara kita yang
peduli ingin berangkat kesana silahkan, Namun kita harus membina wilayah
kita dahulu sebelum wilayah yang lainnya. Wilayah kita ini insyaallah
akan kedatangan tamu agung Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin
Hafizh, dan akan dilaksanakan acara besar pada malam Selasa tanggal 27
Desember 2010 di Monas, doa dan dzikir yang insyaallah akan mengamankan
Jakarta dan seluruh bangsa kita, kita berharap yang hadir lebih dari 5
juta muslimin muslimat, acara selanjutnya pada tanggal 31 Desember 2010
insyaallah di Gelora Bung Karno, mudah-mudahan acara ini sukses. Seperti
yang kita ketahui di malam tahun baru penuh dengan maksiat namun kita
penuhi malam tahun baru dengan doa dan munajat, semoga Jakarta ini Allah
percepat untuk menjadi Kota pecinta sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam yang kemudian berlanjut ke wilayah-wilayah lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita mengingat hari ini adalah tanggal 1 Dzulhijjah, tanggal 1
Dzulhijjah ini mengingatkan kita kepada firman Allah subhanahu wata’ala
tentang 10 malam luhur mulai tanggal 1 hingga tanggal 10 Dzulhijjah :
وَالْفَجْرِ ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ ، وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ، وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
(الفجر: 1-4 )
” Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu” (QS. Al Fajr: 1-4 )
Sebagian ulama’ menjelaskan bahwa waktu Fajar adalah fajar di hari
idul adha, dan 10 malam itu adalah malam 1 Dzulhijjah sampai malam 10
Dzulhijjah. Dan sebagian mengatakan 10 malam terakhir bulan Ramadhan,
namun pendapat yang lebih kuat adalah 10 malam Dzulhijjah karena di
dalam ayat itu disebutkan “Demi yang genap dan yang ganjil”, namun di
sepuluh malam terakhir ramadhan adalah malam-malam yang ganjil.
Disunnahkan di hari-hari ini berpuasa, mulai dari tanggal 1 Dzulhijjah
hingga tanggal 9 Dzulhijjah bagi yang tidak menunaikan ibadah haji atau
umrah. Yang paling utama adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari
Arafah. Dan juga disunnnahkan untuk berkurban, dan sebelum kita
berkurban Rasulullah telah lebih dahulu berkurban untuk kita, hal ini
menjadi dalil dibolehkannya mengirimkan amal karena Rasulullah telah
mengirimkan amal untuk semua ummatnya sebelum ummatnya lahir.
Sebagaimana riwayat Shahih Muslim, saat beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam menyembelih kurban beliau berdoa:
اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
” Ya Allah terimalah (qurban) ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad”
Maka seluruh ummat nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam telah
mendapatkan bagian dari pahala kurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Al Imam Abu Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafi, salah seorang
murid Al Imam Bukhari yang menyimpan lebih dari 5000 fatwa dari anad
Imam Malik, bahwa ia berkurban sebanyak 12 ribu ekor kambing dan
pahalanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adakah diantara
kita yang bisa membeli 12000 ekor kambing?!, lalu dia menghatamkan
12000 kali khatam Al qur’an dan pahalanya untuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kurban itu hukumnya sunnah muakkadah bukan wajib, demikian pula aqiqah
hukumnya sunnah muakkadah, namun ada yang hukumnya fardhu (wajib) yaitu
membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tentunya kalian faham makna ucapan saya mengarah kemana. Membantu dakwah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hukumnya adalah fardhu ‘ain
(wajib) bagi setiap ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka yang tidak peduli dengan dakwah dan perjuangan sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dikhawatirkan akan wafat dalam
keadaan su’ul khatimah. Karena jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ada di saat ini, maka beliau akan berjuang untuk memperluas
dakwah beliau. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, maka
cita-citanya terwariskan kepada ummat beliau, aku dan kalian. Mereka
yang menerima cita-cita itulah yang benar-benar berbakti kepada
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang Allah sebutkan
dalam firman-Nya:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(التوبة: 100)
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)
Semoga Allah jadikan kita diantara para pengikut muhajirin dan
anshar, apa yang mereka dapatkan?, hal yang paling berharga dari segala
anugerah Allah yaitu Allah ridha kepada mereka dan mereka pun juga ridha
kepada Allah. Tidak ada anugerah yang lebih berharga dari hal ini
karena terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahwa ketika manusia
masuk kedalam surga kemudian Allah memanggil mereka dan berkata: “maukah
kalian Aku beri anugerah yang lebih dari semua ini?”, maka mereka
berkata: “wahai Allah, anugerah apa lagi yang lebih dari semua ini?”,
nikmat apa lagi, surga telah Allah berikan kepada kita meskipun kita
telah banyak berbuat dosa namun Allah ampuni, maka Allah subhanahu
wata’ala menjawab:
أُحِلَّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِيْ، فَلاَ أَسْخُطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبدًا
“Kuhalalkan ridha-Ku untuk kalian, dan Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”
Maka jelaslah bahwa keridhaan Allah merupakan anugerah yang terbesar,
yang ditawarkan kepada kita jika kita mau membantu perjuangan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana jika kita ingin
bersama muhajirin dan anshar. Saudara saudariku, ibukota negara muslimin
terbesar di dunia ini saat ini sedang mulai merangkak untuk bangkit,
maka bantu dan dukunglah perjuangan dakwah nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam di pusat kekuatan basis Islam terbesar di dunia yaitu
Indonesia ini. Jika di wilayah Indonesia ini bangkit, maka Allah akan
percepat kebangkitan di tempat-tempat yang lain, maka kita akan terlibat
dalam kebangkitan Islam di seluruh dunia. Kita ketahui belum pernah ada
maulid di seluruh dunia yang di hadiri oleh jutaan orang, namun hal itu
kita temukan di Jakarta, Alhamdulillah. Acara-acara dzikir akbar doa
yang begitu dahsyatnya, seperti acara Nisfu Sya’ban, Isra’ Mi’raj, haul
ahlu Badr dan lainnya yang dihadiri oleh jutaan kaum muslimin muslimat,
sampai tidak ada tempat yang mencukupi kecuali Monas, dan nanti akan
diusahakan di gelora Bung Karno karena acara bertepatan dengan malam
tahun baru. Dan berhati-hatilah dengan jangan sampai meniup terompet di
malam tahun baru, terompet itu mainan dan boleh anak-anak kita
memainkannya, namun jangan di malam tahun baru, karena meniup terompet
di malam tahun baru itu seakan-akan menampakkan kemenangan dakwah non
muslim di bibir kita atau di bibir anak-anak kita, mereka menang dan
kita kalah. Terompet itu adalah terompet kemenangan mereka, namun kalau
ditiup selain malam tahun baru itu lain lagi, itu dianggap mainan
anak-anak. Maka yang mempunyai niat utuk jual terompet di malam tahun
baru gagalkan niatnya, lebih baik niat jual siomay saja di acara malam
tahun baru. Terus orang yang jual terompet bib gimana hukumnya?, jangan
kita ganggu kasihan, kalau kita mau jika ada orang yang jual terompet
maka kita borong semuanya kita bayar kemudian kita bakar, daripada
dibeli orang lain dan di malam tahun baru akan ramai dengan bunyi
terompet yang mengumandangkan kemenangan non muslim, maka lebih baik
kita borong kemudian kita bakar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Haji Wada’ yang terjadi pada tahun ke 10 H, setelah perjanjian
Hudaibiyah tahun ke 6 H, seperti yang dijelaskan malam selasa lalu,
bahwa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam keluar menuju Makkah untuk
melakukan Ihram namun dihalangi oleh kuffar quraiys. Dalam riwayat
Shahih Al Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah melakukan umrah sebanyak 3
kali, dan yang ketiga adalah di saat haji wada’, inilah haji dan umrah
nabi yang terakhir sehingga disebut hajjatul wada’. Al wada’ artinya
perpisahan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun ke 10 H
keluar bersama kaum muslimin untuk melakukan hajjatul wada’, di saat
itu datang sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Khalid bin
Walid RA dari Yaman yang ketika itu mereka diperintahkan untuk berdakwah
disana oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sepulangnya
mereka langsung menyusul ke Makkah Al Mukarramah dan bertemu dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah Al Munawwarah. Di
dalam salah satu khutbah beliau adalah hadits yang kita baca tadi , kaum
muslimin mendengarkan khutbah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dalam salah satu riwayat dihadiri oleh 60 ribu sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dalam riwayat lainnya
kurang dari jumlah itu, tapi yang mengatakan jumlah sahabat nabi yang
hadir di khutbah itu maksimal 60 ribu itu adalah menukil dari kejadian
haji wada’. Dan ketika itu mukjizat nabi terlihat, dimana nabi berbicara
di atas ontanya, dan suara beliau terdengar sama antara orang yang
terdepan dan yang paling belakang, padahal di saat itu tidak ada
microphone dan yang hadir 60 ribu, majelis malam ini yang hadir sekitar
50 ribu maka lebih banyak dari jumlah malam hari ini. Diantara khutbah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa
khutbah beliau di Mina, dan dalam riwayat lain di Arafah. Khutbah beliau
panjang dan diantaranya adalah :
لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
” Janganlah kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, dengan saling membunuh satu sama lain “
Ada beberapa penafsiran tentang hadits ini, diantaranya ada pendapat
yang mengatakan bahwa orang yang saling membunuh hukumnya kufur dengan
dalil hadits tadi. Namun pendapat yang lebih kuat bahwa membunuh tidak
sampai kepada kekufuran akan tetapi termasuk dosa yang sangat besar.
Namun makna yang jelas tentang hadits ini adalah bahwa Rasulullah
memberikan wasiat kepada kita untuk bersatu dan tidak berpecah belah,
berbeda pendapat diperbolehkan namun jangan sampai saling membunuh atau
memerangi satu sama lain, itulah yang dimaksud dalam khutbah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di dalam salah satu khutbah beliau
yang membuat jerit tangis para sahabat adalah :
لَعَلِّي لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هَذَا وَمِنْ مَقَامِيْ هَذَا
“Sepertinya aku tidak bertemu kalian lagi setelah tahun ini dan di tempat ini”
Salah satu khutbah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam di saat haji
wada’, diriwayatkan dalam salah satu sunan imam Tirmidzi, dan Sunan
Baihaqi Al Kubraa, dan dalam Tarikh Ibn Katsir, beliau berkata di
hadapan para sahabat : “wahai para sahabatku, tampaknya aku tidak akan
berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, maksudnya
tidak akan ada lagi ibadah haji beliau setelah hari itu. Maka sepulang
dari haji wada’, kondisi Rasulullah mulai drop, hal itu terjadi di tahun
10 H, lalu di bulan Rabi’ul Awal wafatlah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, 3 bulan setelah khutbah itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam wafat. Wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
membangkitkan semangat muslimin di barat dan timur untuk meneruskan
cita-citanya, Allah subahanahu wata’ala melihat jiwa hamba-hamba-Nya
yang mau meneruskan cita-cita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, semoga aku dan kalian termasuk penerus cita-cita nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat khutbah beliau di Arafah atau di
Mina, ketika beliau mengucapkan: “Sepertinya aku tidak akan lagi
berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, dimana hal
itu terjadi pada 14 abad yang silam, betapa gembiranya hati sayydina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelah 14 abad beliau wafat, ada
ummatnya yang berkumpul dan berdzikir, membaca shalawat, dan meneruskan
dakwah beliau. Para kaum Anshar rela mengorbankan nyawanya untuk
menggembirakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan
di dalam Sirah ibn Hisyam bahwa kaumu Anshar kemanpun Rasulullah pergi
mereka selalu ikut, beliau shallallahu ‘alaihi wasalla naik ke atas
gunung maka mereka ikut, beliau masuk ke dasar lautan maka mereka pun
akan ikut, dan tidak satupun dari mereka (Anshar) yang akan tersisa,
barangkali dengan hal itu mereka bisa membuat gembira Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, itulah kaum Anshar. Bagaimana balasan Nabi
Muhammad terhadap kaum Anshar?, di saat Fath Makkah maka nabi pulang ke
Makkah, dan kaum Anshar bersedih karena menganggap nabi telah pulang ke
kampung halamannya, dan mereka (kaum Anshar) pulang ke Madinah, mereka
merasa kehilangan nabi Muhammad yang telah 10 tahun hidup bersama
mereka, maka rasulullah bersabda :
كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
” Sungguh tidak, aku ini hamba Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada
Allah dan kepada kalian hidupku bersama kalian, dan wafatku bersama
kalian “
Rasulullah berkata, jika kaum Anshar naik ke suatu bukit maka
Rasulullah akan bersama mereka, dan jika bukan karena ada takdir hijrah
kata rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh aku adalah
termasuk dalam kelompok Anshar, kenapa? karena Rasulullah tidak mau
berpisah dengan orang yang mencintai beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Kaum Anshar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
hidup bersama mereka hingga wafat bersama mereka dan dimakamkan di
Madinah Al Munawwarah. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang yang banyak
mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga
wilayah-wilayah yang lainnya, amin allahumma amin. Diriwayatkan disaat
qurban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membawa 100 ekor onta,
63 ekor disembelih oleh Rasulullah dan sisanya diserahkan kepada
sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw untuk beliau melanjutkan
penyembelihannya. 63 ekor yang disembelih oleh Rasulullah, hal itu
menandakan usia beliau 63 tahun. Hanya saja ada satu hal yang aneh,
sebagaimana onta dan hewan sembelihan yang lainnya tidak boleh melihat
darah, oleh karena itu ketika penyembelihan pasti ditutupi, karena jika
melihat darah maka hewan itu akan mengamuk, namun ketika Rasulullah
memberi minum onta-onta itu kemudian mengumpulkannya untuk disembelih,
maka sahabat berkata : “wahai Rasulullah, kita tutupi menggunakan tabir
supaya darah tidak terlihat oleh onta yang lain”, maka Rasulullah
berkata: “jangan ditutupi biarkan onta yang lain melihatnya”, sahabat
berkata : “wahai Rasulullah mereka akan mengamuk jika melihat darah”,
namun rasulullah kemudian memegang pedang kecilnya untuk menyembelih,
maka onta-onta itupun berdesakan untuk disembelih oleh nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka tidak mengamuk dan lari bahkan
mereka berdesakan menjulurkan lehernya untuk lebih dahulu disembelih
oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika onta saja
seperti itu, jangan mau kalah sama onta maka bangkitlah untuk membantu
dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kita berdzikir bersama, dan mengirimkan keagungan rahasia dzikir
khususnya di pulau Jawa dan seluruh wilayah di Indonesia, untuk
gunung-gunung yang sedang aktif agar ditenangkan oleh Allah dengan
keagungan dzikir. Wahai Allah, mereka penuh dosa namun mereka adalah
hamba-hamba-Mu yang tidak mengetahui, dan kami ingat doa nabi kami :
اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Wahai Allah jika mereka tau keagungan-Mu maka mereka tidak akan
menyembah selain-Mu, doa ini dipakai sebagai benteng untuk mendoakan
keselamatan mereka, Ketika perang Rasulullah terkena panah baja di
tulang rahangnya sehingga mengalirlah darah dari rahang beliau,
Rasulullah menutupi darah yang keluar dengan rida’nya agar tidak jatuh
ke tanah, maka para sahabat berkata: “wahai Rasulullah biarkan darahnya
mengalir, dan kami akan mencabut panah itu dari rahangmu”, Rasulullah
tidak mempedulikan sakit dan pedihnya panah yang menembus tulang rahang
beliau , beliau menutupi darah dengan surbannya agar tidak jatuh ke
tanah dan berkata : “aku tidak ingin jika ada darahku jatuh ke tanah,
karena jika ada setetes saja darahku yang terjatuh ke tanah, maka Allah
akan turunkan bala’ untuk orang yang memerangiku”, inilah sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah dalil kita untuk mendoakan
mereka, yang walaupun barangkali mereka telah banyak berbuat dosa,
wahai Rabbi…kami hanya memanut sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Maka kita bermunajat untuk bumi Jakarta dan
sekitarnya, Bogor, Tangerang, Bekasi dan wilayah-wilayah lainnya. Ya
Allah, tenangkan gunung-gunung berapi yang kesemuanya takut dengan
kewibawaan nama-Mu, kami kirimkan kepada mereka rasahia keluhuran
kewibawaan nama-Mu yang jauh lebih berwibawa daripada alam semesta
beserta seisinya, dan kami berdoa semoga Engkau ampuni dosa-dosa kami,
sebesar apapun dosa-dosa kami, sungguh bagaikan debu dibanding dengan
rahasia samudera pengampunan-Mu, dan sebesar apapun hajat kami tidalah
berarti dibanding dengan samudera kedermawanan-Mu, Ya Rabbi…hajat-hajat
kami yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui, hajat kami di saat
ini dan di waktu yang akan datang, berilah lebih dari yang kami minta,
tambahkan anugerah yang besar kepada kami zhair dan bathin, kuatkan iman
kami untuk selalu mampu taat kepada-Mu, sungguh kami sangat lemah dalam
menjalankan perintah-Mu dan kami pun lemah dalam menjauhi larangan-Mu,
maka berilah kami kekuatan. Kepada siapa kami memohon jika bukan
kepada-Mu wahai Yang Maha mendengar dan Maha melihat, Allah Maha melihat
semua yang hadir di tempat ini, yang menyaksikan acara ini di streaming
website Majelis Rasulullah di seluruh penjuru dunia. Rabbi, Engkau
melihat wajah-wajah kami dan perasaan kami semua, pastikan kami wafat
dalam husnul khatimah, pastikan kami Engkau limpahi rahmat-Mu di dunia
dan akhirah, pastikan kami Engkau anugerahi mahabbah-Mu. Dan semoga
diantara kami yang terjebak hutang, atau dalam kesedihan, segera
selesaikan dan gantikan dengan ketenangan dan kebahagiaan, tunjukkan
rahasia kewibawaan nama-Mu wahai Rabbi, ya rahman ya rahim ya dzal
jalali wal ikram…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ
إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا
الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ
وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا
وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ
اْلأمِنِيْنَ