Naufal Al-bani

Selamat menikmati Cerita nya hormat kami ( naufal al-bani ) sang penulis

Saturday 13 October 2012

6 perkara yang ALLAH sembunyikan

Allah SWT selesai menciptakan Jibrail as dengan bentuk yang cantik, dan Allah menciptakan pula baginya 600 sayap yang panjang , sayap itu antara timur dan barat (ada pendapat lain menyatakan124, 000 sayap). Setelah itu Jibrail as memandang dirinya sendiri dan berkata:
‘Wahai Tuhanku, adakah engkau menciptakan makhluk yang lebih baik daripada aku?.’Lalu Allah swt berfirman yang bermaksud.. ‘Tidak’
Kemudian Jibrail as berdiri serta solat dua rakaat kerana syukur kepada Allah swt. dan tiap-tiap rakaat itu lamanya 20,000 tahun.
Setelah selesai Jibrail as solat, maka Allah SWT berfirman yang bermaksud. ‘Wahai Jibrail, kamu telahmenyembah aku dengan ibadah yangbersungguh- sungguh, dan tidak ada seorang pun yang menyembah kepadaku seperti ibadat kamu, akan tetapi di akhir zaman nanti akan datang seorang nabi yang mulia yang paling aku cintai, namanya Muhammad.’ Dia mempunyai umat yang lemah dan sentiasa berdosa, sekiranya mereka itu mengerjakan solat dua rakaat yang hanya sebentar sahaja, dan mereka dalam keadaan lupa serta serba kurang, fikiran mereka melayang bermacam-macam dan dosa mereka pun besar juga. Maka demi kemuliaannKu dan ketinggianKu, sesungguhnya solat mereka itu aku lebih sukai dari solatmu itu. Kerana mereka mengerjakan solat atasperintahKu, sedangkan kamu mengerjakan solat bukan atas perintahKu.’
Kemudian Jibrail as berkata: ‘Ya Tuhanku, apakah yang Engkau hadiahkan kepada mereka sebagai imbalan ibadat mereka?’
Lalu Allah berfirman yang bermaksud. ‘Ya Jibrail, akan Aku berikan syurga Ma’waa sebagai tempat tinggal…’
Kemudian Jibrail as meminta izin kepada Allah untuk melihat syurga Ma’waa.Setelah Jibrail as mendapat izin dari Allah SWT maka pergilah Jibrail as dengan mengembangkan sayapnya dan terbang, setiap dia mengembangkan dua sayapnya dia boleh menempuh jarak perjalanan 3000 tahun, terbanglah malaikat jibrail as selama 300 tahun sehingga ia merasa letih dan lemah dan akhirnya dia turun singgah berteduh di bawah bayangan sebuah pohon dan dia sujud kepada Allah SWT lalu ia berkata dalam sujud:
‘Ya Tuhanku apakah sudah aku menempuh jarak perjalanan setengahnya, atau sepertiganya, atau seperempatnya? ‘
Kemudian Allah swt berfirman yang bermaksud. ‘Wahai Jibrail, kalau kamu dapat terbang selama 3000 tahun dan meskipun aku memberikan kekuatan kepadamu seperti kekuatan yang engkau miliki, lalu kamu terbang seperti yangtelah kamu lakukan, nescaya kamu tidak akan sampai kepada sepersepuluh dari beberapa perpuluhan yang telah kuberikan kepada umat Muhammad terhadap imbalan solat dua rakaat yang mereka kerjakan…. .’
Marilah sama2 kita fikirkan dan berusaha lakukan… Sesungguhnya Allah S.W.T telah menyembunyikan enam perkara iaitu :
1- Allah S.W.T telah menyembunyikan redha-Nya dalam taat.
2- Allah S.W.T telah menyembunyikan murka-Nya di dalam maksiat.
3- Allah S.W.T telah menyembunyikan nama-Nya yang Maha Agung di dalam Al-Quran.
4- Allah S.W.T telah menyembunyikan Lailatul Qadar di dalam bulan Ramadhan.
5- Allah S.W.T telah menyembunyikan solat yang paling utama di dalam solat (yang lima waktu).
6- Allah S.W.T telah menyembunyikan (tarikh terjadinya) hari kiamat di dalam semua hari.
#wahai rakan rakan ku yang dikasihi sekalian, sebarlah ilmu ini, agar semua kwn kwn kita diluar sana kembali ke pangkal jalan, ikut islam sebenar benarnya, sesiapa yang mengajak kebaikkan, pahala seseorang yang diajak kebaikkan itu dapat padanya tanpa dikurangkan sedikitpun. insyaAllah…

Wasiat Rasulullah saw di Haji Wada

(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw didengarkan oleh para jamaah haji : “Jangan kalian berbalik setelah aku wafat kepada kekufuran dengan saling membunuh” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الطَّيِّبَةِ الطَّاهِرَةِ…
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menguasai kerajaan langit dan bumi, dan Maha Tunggal mengaturnya, memberikan kekuatan kepada hamba-Nya dengan kadar kehendak-Nya. Allah subhanahu wata’ala menguasai kekuatan dan tidak memberi kekuatan kepada hamba-hamba-Nya yang lain melebihi kekuatan yang diberikan kepada manusia. Para khalifah yang menjadi penguasa di muka bumi, menguasai segala sesuatu yang ada di bumi untuk tunduk kepadanya, sebagaimana firman-Nya:
أَنَّ الأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
(الأنبياء: 105 )
” Bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh” ( QS. Al Anbiyaa: 105 )
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Merekalah yang menjadi rahasia penguasa yang hakiki di muka bumi, walaupun mereka tidak terlihat, namun Allah memberikan kemampuan dan kekuatan kepada mereka, tentunya bukan dengan kekuatan lain selain dengan doa, kekuatan dzikir, kekuatan takwa, kekuatan munajat untuk membentengi musibah, bukan hanya membentengi musibah, bahkan menyingkirkan dan menundukkan musibah langit, lautan, gunung, sebagaimana janji Allah subhanahu wata’ala, dan tanpa mereka berdoa pun Allah telah mengamankan bumi dengan keberadaan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَاْلأَوَّلُ وَيَبْقَى ‏حُفَالَةٌ ‏‏كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوِ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهِمُ اللَّهُ بَالَةً
(صحيح البخاري)
“Orang-orang shalih telah pergi (wafat), satu per satu, sampai tidak tersisa seorangpun kecuali manusia-manusia yang buruk, ibarat sampah gandum atau ampas kurma yang Allah tidak lagi mempedulikan mereka sedikitpun.” ( HR. Bukhari )
Para shalihin satu persatu wafat, sehingga di lingkungan suatu masyarakat tidak tersisa lagi orang shalih kecuali sampah-sampah yang tidak berarti di mata Allah sehingga Allah tidak peduli atas apa yang akan menimpa mereka setelah kewafatan para shalihin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita bahwa dengan keberadaan para shalihin itu maka Allah peduli dengan keadaan penduduk bumi, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ
( الأنفال : 33 )
” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu(Muhammad) berada di antara mereka” (QS. An Anfal:33)
Tiada akan datang siksa kepada mereka (yang jahat) selama Engkau (nabi Muhammad) berada diantara mereka. Tetangga nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang jahat telah aman dari siksa Allah karena masih ada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya:
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
(الأنفال : 33 )
“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” ( QS. Anfal: 33)
Allah tidak akan menurunkan siksa kepada hamba-Nya selama mereka memohon pengampunan. Istighfar memohon pengampunan itu jangan dianggap remeh karena hal itu menampik musibah, dan sebaliknya perbuatan dosa itu seakan menciptakan musibah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
(الشورى : 30 )
” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu” (QS. As Syuura: 30 )
Semua musibah yang menimpa kalian itu adalah sebab dari perbuatan kalian sendiri, namun dibalik itu Allah telah lebih banyak memaafkan daripada menimpakan musibah atas balasan dari perbuatan jahat mereka. Sungguh beruntung orang-orang yang diberi musibah di dunia dan dibebaskan musibahnya di akhirah dan merugilah orang yang tidak diberi musibah di dunia namun ditimpa musibah di akhirah, dan sangat beruntung orang yang diselamatkan dari musibah di dunia dan diselamatkan pula dari musibah di akhirah, siapakah mereka?, mereka adalah yang mengikuti tuntunan rahmatan lil’alamin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Untuk itulah Muhammad Rasulullah diturunkan ke muka bumi kepadaku dan kalian, agar mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus ke muka bumi adalah untuk membawa rahmat agar kita aman di dunia, segala seuatu apapun sudah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar segala musibah bisa terjauhkan dari kita. Diriwayatkan dalam sebuah riwayat selain Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah bersabda : “barangsiapa yang membaca (berdoa)”:
بِسمِ اللهِ الَّذِي لا يَضُرُّ مَعَ اسمِهِ شَيءٌ في الأرْضِ وَلا في السّماءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Siapa yang membaca doa itu 3 kali di pagi hari dan sore hari maka ia tidak akan ditimpa musibah di hari itu. Dan dalam riwayat Al Imam Ibn Daud disebutkan bahwa orang yang membaca doa itu tidak akan ditimpa musibah yang datang secara tiba-tiba di hari itu. Kok gampang banget bib?, ucapannya sangat mudah namun makna kalimatnya sangat agung yang harus difahami : “Dengan nama Allah, tidak akan membawa mudharat jika bersama nama-Nya apapun yang ada di langit dan di bumi dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”, sirnalah segala bahaya di langit dan bumi terhalangi dan terbentengi dengan nama Allah subhanahu wata’ala. Siapa yang menciptakan musibah?, Allah lah yang menciptakan musibah, dan kenikmatan siapa yang menciptakan? Allah juga yang menciptakan, cuma bedanya bahwa musibah di muka bumi ini adalah penghapusan dosa bagi ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. ( Jadi kalau saya sudah baca doa tadi Bib tetapi masih mendapat musibah, berarti nabi bohong dong?!), tidak demikian, akan tetapi mungkin saja ada seribu musibah yang ada dihadapanmu telah Allah singkirkan dan hanya satu yang menimpamu. Kita tidak mengetahui misalnya tiba-tiba besok kita terkena stroke hingga wafat, puluhan tahun terbaring tidak bisa bergerak, namun Allah gantikan hanya dengan terkena flu misalnya. Tetapi semakin kuat kita menghadirkan makna dari ucapan (doa) itu, maka semakin banyak musibah yang tersingkirkan. Dan para shalihin dan para ‘arif billah tidak membaca dzikir itu hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk seluruh ummat. Mereka niatkan dzikir itu untuk gunung-gunung berapi, gempa bumi dan lainnya. Mereka dekatkan dekatkan ke dalam hatinya agar diturunkan cahaya Allah di barat dan timur untuk menenangkan semua musibah itu, maka jutaan musibah yang akan reda disebabkan niat para shalihin, jadi semakin para para shalihin maka akan semakin aman, sebaliknya semakin tidak ada para shalihin maka akan semakin banyak musibah, wal’iyadzubillah. Dan semakin banyak yang mengamalkan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka akan semakin aman, paling tidak untuk dirinya sendiri. Namun doa para shalihin bukan lagi untuk diri mereka sendiri tetapi doa mereka untuk ummat. Hujjatul Islam wabarakatul anam Qutbulanfas Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas Shahib Ar Ratib, beliau adalah seorang hujjatul islam, apakah hujjatul islam itu? Yaitu yang hafal lebih dari 30000 hadits beserta sanad dan matannya, dan derajat keshalihan dan kemakrifatannya pun memuncak di masanya, beliau adalah guru dari hujjatul islam Al Imam Abdullah bin Alwy Al Haddad, dimana beliau juga mempunyai murid seorang hujjatul islam juga yaitu Al Imam Ahmad bin Zein Al Habsyi, demikian mereka para ulama lautan-lautan ilmu dan lautan makrifah, Diriwayatkan bahwa Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas ini di saat shalat tahajjud beliau selalu mengulang-ulang doa :
اَللّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ
” Wahai Allah berilah kami (orang-orang muslim) hidayah, seperti orang yang telah Engkau beri hidayah “
Hingga adzan subuh, beliau terus mendoakan seluruh penduduk bumi agar mendapatkan hidayah, yang muslim agar Allah tambah hidayahnya dan yang non muslim agar diberi hidayah, hanya itu doanya sepanjang malam, maka pahala semua orang yang mendapat hidayah maka Al Imam Abdurrahman Al Atthas mendapatkan bagian dari itu, kenapa? karena Rasulullah telah bersabada dalam riwayat Shahih Muslim: “Ketika seseorang yang mendoakan saudara muslim lainnya maka berkatalah malaikat: amin walaka mitsluh (bagimu seperti doamu)”, jika mendoakan untuk seluruh muslimin, Maka hidayah sampai kepada mereka atau tidak namun malaikat berkata : “amin, semoga engkau mendapat hidayah sebanyak jumlah muslimin”, dan hal itu tidaklah sulit bagi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
( إبراهيم:20 / فاطر:17 )
” Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah” (QS.Ibrahim:20/ QS. Fathir:17 )
Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
( الملك:15 )
” Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 15 )
Renungilah ayat ini, Allah telah menjadikan bumi ini dzaluul yang artinya tunduk atau patuh, seperti keledai atau hewan lainnya yang ketika ditunggangi dia hanya diam saja. Dan Allah telah menundukkan bumi untuk kita sehingga kita bisa berjalan diatasnya, jika Allah tidak tundukkan bumi ini untuk kita maka bumi ini akan gempa atau goyang dan lain sebagainya. Dan juga kita memakan rezeki yang ada di bumi ini kemudian kepada Allah kita akan kembali. Akhir dari ayat ini menjadi penentu perbuatan bumi terhadap kita, bahwa kita akan kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, jika kita telah lupa bahwa kita akan kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, maka berubahlah sifat gunung dan bumi, dia tidak lagi tunduk kepada kita, bahkan kita yang akan diinjak-injak oleh bumi, disiksa oleh gunung, debu, banjir dan bencana alam yang lainnya, kenapa ? karena kita tidak merenungkan kalimat terakhir dalam ayat ini : وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ ( Dan hanya kepada-Nya lah kalian kembali). Saya perjelas, namun jangan tersinggung dulu karena majelis ini disiarkan di streaming seluruh dunia, namun jamaah yang disini insyaallah tidak akan tersinggung, cuma yang menyaksikan di luar saya mohon jangan tersinggung dulu. Bahwa dari 21 gunung yang telah dikabarkan aktif itu hampir berada di wilayah-wilayah yang penduduknya bukan orang shalih (maaf) bahkan kebanyakan dari mereka menyembah selain Allah seperti ratu Kidul dan yang lainnya, dan bukanlah termasuk ummat nabi Muhammad yang baik (maaf), maka hal ini merupakan salah satu teguran, tapi (jangan marah dulu) hal ini juga kesalahan para da’i dan ulama’ juga, para dai tidak sampai kesana, namun jangan saling menyalahkan diantara para da’i atau menyalahkan para da’i yang di Jakarta. Sebaiknya kita berdoa saja semoga Allah memperbanyak para shalihin , amin. Jadi gunung-gunung berapi itu sebenarnya berdakwah mengambil posisi para da’i karena para da’i yang disana tidak mau bergerak, maka gunung-gunung itu berkhidmah kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika gunung-gunung berbuat demikian maka Masjid dan mushalla menjadi ramai, banyak yang berdoa kepada Allah, banyak yang menangis dan bermunajat memanggil nama Allah, banyak yang mengucapkan kalimah Allahu Akbar, Laailaaha illallah yang sebelumnya tidak mereka perbuat. Hal ini menunjukkan seakan-akan gunung-gunung itu berbicara kepada kita : ” Mampukah kalian datang kepada kami untuk berdakwah, jika kalian tidak mampu maka jangan salahkan kami jika kami ingin membantu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Dan walaupun kita mampu mencapai kesana, cuma kita agak sedikit tersinggung, kenapa? gunung merapinya disana mengapa debunya dikirim kesini, bisa-bisa batuk tersebar di Jakarta dalam 2 tau 3 hari ini terkena debu gunung semeru, jika engkau mengirim debu maka kami akan mengirim cahaya Allah dalam doa dan dzikir kesana, kita yang disini mengirim cahaya doa kepada Allah kesana, mungkin ada yang merasa aneh dengan ucapan saya, tetapi ingat firman Allah subhanahu wata’ala:
فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا
( الأعراف: 143 )
” Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh” (QS. Al A’raf: 143 )
Ketika Allah menampakkan cahaya kewibawaan-Nya maka membuat gunung hancur lebur. Kita brdzikir dengan nama Allah itu mneyingkap rahasia cahaya kewibawaan Allah, semoga di saat kita berdzikir Allah tunjukkan cahaya kewibawaan-Nya kepada semua gunung yang aktif agar mereda laharnya dengan cahaya kesejukan Allah. Lalu bagaimana dengan mereka yang belum beriman?, semoga Allah jadikan bagi mereka ledakan hidayah bukan ledakan gunung-gunung merapi, ledakan orang-orang yang taat dan banyak bersujud dan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, amin allahumma amin. Kita sedikit merasa risau juga jika dengan keadaan yang seperti ini nanti justru akan semakin banyak non muslim yang berdakwah kesana, dan semakin banyak pula orang-orang yang meninggalkan ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya punya rencana untuk berangkat kesana bersama Habib Hud dan para da’i yang lainnya untuk mendatangi gunung-gunung, namun bagaimana dengan Jakarta yang merupakan ibukota negara muslimin terbesar dan paling banyak maksiat di tempat ini, jika Jakarta ditinggal maka khawatir Jakarta yang akan terkena musibah seperti banjir dan lain sebagainya. Jakarta juga perlu majelis dzikir, majelis ta’lim dan lainnya, ya sudah kita doakan saja mereka yang disana, dan jika ada diantara saudara-saudara kita yang peduli ingin berangkat kesana silahkan, Namun kita harus membina wilayah kita dahulu sebelum wilayah yang lainnya. Wilayah kita ini insyaallah akan kedatangan tamu agung Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dan akan dilaksanakan acara besar pada malam Selasa tanggal 27 Desember 2010 di Monas, doa dan dzikir yang insyaallah akan mengamankan Jakarta dan seluruh bangsa kita, kita berharap yang hadir lebih dari 5 juta muslimin muslimat, acara selanjutnya pada tanggal 31 Desember 2010 insyaallah di Gelora Bung Karno, mudah-mudahan acara ini sukses. Seperti yang kita ketahui di malam tahun baru penuh dengan maksiat namun kita penuhi malam tahun baru dengan doa dan munajat, semoga Jakarta ini Allah percepat untuk menjadi Kota pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang kemudian berlanjut ke wilayah-wilayah lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita mengingat hari ini adalah tanggal 1 Dzulhijjah, tanggal 1 Dzulhijjah ini mengingatkan kita kepada firman Allah subhanahu wata’ala tentang 10 malam luhur mulai tanggal 1 hingga tanggal 10 Dzulhijjah :
وَالْفَجْرِ ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ ، وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ، وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
(الفجر: 1-4 )
” Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu” (QS. Al Fajr: 1-4 )
Sebagian ulama’ menjelaskan bahwa waktu Fajar adalah fajar di hari idul adha, dan 10 malam itu adalah malam 1 Dzulhijjah sampai malam 10 Dzulhijjah. Dan sebagian mengatakan 10 malam terakhir bulan Ramadhan, namun pendapat yang lebih kuat adalah 10 malam Dzulhijjah karena di dalam ayat itu disebutkan “Demi yang genap dan yang ganjil”, namun di sepuluh malam terakhir ramadhan adalah malam-malam yang ganjil. Disunnahkan di hari-hari ini berpuasa, mulai dari tanggal 1 Dzulhijjah hingga tanggal 9 Dzulhijjah bagi yang tidak menunaikan ibadah haji atau umrah. Yang paling utama adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari Arafah. Dan juga disunnnahkan untuk berkurban, dan sebelum kita berkurban Rasulullah telah lebih dahulu berkurban untuk kita, hal ini menjadi dalil dibolehkannya mengirimkan amal karena Rasulullah telah mengirimkan amal untuk semua ummatnya sebelum ummatnya lahir. Sebagaimana riwayat Shahih Muslim, saat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih kurban beliau berdoa:
اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
” Ya Allah terimalah (qurban) ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad”
Maka seluruh ummat nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam telah mendapatkan bagian dari pahala kurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Al Imam Abu Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafi, salah seorang murid Al Imam Bukhari yang menyimpan lebih dari 5000 fatwa dari anad Imam Malik, bahwa ia berkurban sebanyak 12 ribu ekor kambing dan pahalanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adakah diantara kita yang bisa membeli 12000 ekor kambing?!, lalu dia menghatamkan 12000 kali khatam Al qur’an dan pahalanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kurban itu hukumnya sunnah muakkadah bukan wajib, demikian pula aqiqah hukumnya sunnah muakkadah, namun ada yang hukumnya fardhu (wajib) yaitu membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya kalian faham makna ucapan saya mengarah kemana. Membantu dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hukumnya adalah fardhu ‘ain (wajib) bagi setiap ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka yang tidak peduli dengan dakwah dan perjuangan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dikhawatirkan akan wafat dalam keadaan su’ul khatimah. Karena jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada di saat ini, maka beliau akan berjuang untuk memperluas dakwah beliau. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, maka cita-citanya terwariskan kepada ummat beliau, aku dan kalian. Mereka yang menerima cita-cita itulah yang benar-benar berbakti kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(التوبة: 100)
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)
Semoga Allah jadikan kita diantara para pengikut muhajirin dan anshar, apa yang mereka dapatkan?, hal yang paling berharga dari segala anugerah Allah yaitu Allah ridha kepada mereka dan mereka pun juga ridha kepada Allah. Tidak ada anugerah yang lebih berharga dari hal ini karena terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahwa ketika manusia masuk kedalam surga kemudian Allah memanggil mereka dan berkata: “maukah kalian Aku beri anugerah yang lebih dari semua ini?”, maka mereka berkata: “wahai Allah, anugerah apa lagi yang lebih dari semua ini?”, nikmat apa lagi, surga telah Allah berikan kepada kita meskipun kita telah banyak berbuat dosa namun Allah ampuni, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab:
أُحِلَّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِيْ، فَلاَ أَسْخُطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبدًا
“Kuhalalkan ridha-Ku untuk kalian, dan Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”
Maka jelaslah bahwa keridhaan Allah merupakan anugerah yang terbesar, yang ditawarkan kepada kita jika kita mau membantu perjuangan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana jika kita ingin bersama muhajirin dan anshar. Saudara saudariku, ibukota negara muslimin terbesar di dunia ini saat ini sedang mulai merangkak untuk bangkit, maka bantu dan dukunglah perjuangan dakwah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di pusat kekuatan basis Islam terbesar di dunia yaitu Indonesia ini. Jika di wilayah Indonesia ini bangkit, maka Allah akan percepat kebangkitan di tempat-tempat yang lain, maka kita akan terlibat dalam kebangkitan Islam di seluruh dunia. Kita ketahui belum pernah ada maulid di seluruh dunia yang di hadiri oleh jutaan orang, namun hal itu kita temukan di Jakarta, Alhamdulillah. Acara-acara dzikir akbar doa yang begitu dahsyatnya, seperti acara Nisfu Sya’ban, Isra’ Mi’raj, haul ahlu Badr dan lainnya yang dihadiri oleh jutaan kaum muslimin muslimat, sampai tidak ada tempat yang mencukupi kecuali Monas, dan nanti akan diusahakan di gelora Bung Karno karena acara bertepatan dengan malam tahun baru. Dan berhati-hatilah dengan jangan sampai meniup terompet di malam tahun baru, terompet itu mainan dan boleh anak-anak kita memainkannya, namun jangan di malam tahun baru, karena meniup terompet di malam tahun baru itu seakan-akan menampakkan kemenangan dakwah non muslim di bibir kita atau di bibir anak-anak kita, mereka menang dan kita kalah. Terompet itu adalah terompet kemenangan mereka, namun kalau ditiup selain malam tahun baru itu lain lagi, itu dianggap mainan anak-anak. Maka yang mempunyai niat utuk jual terompet di malam tahun baru gagalkan niatnya, lebih baik niat jual siomay saja di acara malam tahun baru. Terus orang yang jual terompet bib gimana hukumnya?, jangan kita ganggu kasihan, kalau kita mau jika ada orang yang jual terompet maka kita borong semuanya kita bayar kemudian kita bakar, daripada dibeli orang lain dan di malam tahun baru akan ramai dengan bunyi terompet yang mengumandangkan kemenangan non muslim, maka lebih baik kita borong kemudian kita bakar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Haji Wada’ yang terjadi pada tahun ke 10 H, setelah perjanjian Hudaibiyah tahun ke 6 H, seperti yang dijelaskan malam selasa lalu, bahwa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam keluar menuju Makkah untuk melakukan Ihram namun dihalangi oleh kuffar quraiys. Dalam riwayat Shahih Al Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah melakukan umrah sebanyak 3 kali, dan yang ketiga adalah di saat haji wada’, inilah haji dan umrah nabi yang terakhir sehingga disebut hajjatul wada’. Al wada’ artinya perpisahan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun ke 10 H keluar bersama kaum muslimin untuk melakukan hajjatul wada’, di saat itu datang sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Khalid bin Walid RA dari Yaman yang ketika itu mereka diperintahkan untuk berdakwah disana oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sepulangnya mereka langsung menyusul ke Makkah Al Mukarramah dan bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah Al Munawwarah. Di dalam salah satu khutbah beliau adalah hadits yang kita baca tadi , kaum muslimin mendengarkan khutbah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam salah satu riwayat dihadiri oleh 60 ribu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dalam riwayat lainnya kurang dari jumlah itu, tapi yang mengatakan jumlah sahabat nabi yang hadir di khutbah itu maksimal 60 ribu itu adalah menukil dari kejadian haji wada’. Dan ketika itu mukjizat nabi terlihat, dimana nabi berbicara di atas ontanya, dan suara beliau terdengar sama antara orang yang terdepan dan yang paling belakang, padahal di saat itu tidak ada microphone dan yang hadir 60 ribu, majelis malam ini yang hadir sekitar 50 ribu maka lebih banyak dari jumlah malam hari ini. Diantara khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa khutbah beliau di Mina, dan dalam riwayat lain di Arafah. Khutbah beliau panjang dan diantaranya adalah :
لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
” Janganlah kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, dengan saling membunuh satu sama lain “
Ada beberapa penafsiran tentang hadits ini, diantaranya ada pendapat yang mengatakan bahwa orang yang saling membunuh hukumnya kufur dengan dalil hadits tadi. Namun pendapat yang lebih kuat bahwa membunuh tidak sampai kepada kekufuran akan tetapi termasuk dosa yang sangat besar. Namun makna yang jelas tentang hadits ini adalah bahwa Rasulullah memberikan wasiat kepada kita untuk bersatu dan tidak berpecah belah, berbeda pendapat diperbolehkan namun jangan sampai saling membunuh atau memerangi satu sama lain, itulah yang dimaksud dalam khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di dalam salah satu khutbah beliau yang membuat jerit tangis para sahabat adalah :
لَعَلِّي لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هَذَا وَمِنْ مَقَامِيْ هَذَا
“Sepertinya aku tidak bertemu kalian lagi setelah tahun ini dan di tempat ini”
Salah satu khutbah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam di saat haji wada’, diriwayatkan dalam salah satu sunan imam Tirmidzi, dan Sunan Baihaqi Al Kubraa, dan dalam Tarikh Ibn Katsir, beliau berkata di hadapan para sahabat : “wahai para sahabatku, tampaknya aku tidak akan berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, maksudnya tidak akan ada lagi ibadah haji beliau setelah hari itu. Maka sepulang dari haji wada’, kondisi Rasulullah mulai drop, hal itu terjadi di tahun 10 H, lalu di bulan Rabi’ul Awal wafatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, 3 bulan setelah khutbah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membangkitkan semangat muslimin di barat dan timur untuk meneruskan cita-citanya, Allah subahanahu wata’ala melihat jiwa hamba-hamba-Nya yang mau meneruskan cita-cita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga aku dan kalian termasuk penerus cita-cita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat khutbah beliau di Arafah atau di Mina, ketika beliau mengucapkan: “Sepertinya aku tidak akan lagi berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, dimana hal itu terjadi pada 14 abad yang silam, betapa gembiranya hati sayydina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelah 14 abad beliau wafat, ada ummatnya yang berkumpul dan berdzikir, membaca shalawat, dan meneruskan dakwah beliau. Para kaum Anshar rela mengorbankan nyawanya untuk menggembirakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Sirah ibn Hisyam bahwa kaumu Anshar kemanpun Rasulullah pergi mereka selalu ikut, beliau shallallahu ‘alaihi wasalla naik ke atas gunung maka mereka ikut, beliau masuk ke dasar lautan maka mereka pun akan ikut, dan tidak satupun dari mereka (Anshar) yang akan tersisa, barangkali dengan hal itu mereka bisa membuat gembira Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, itulah kaum Anshar. Bagaimana balasan Nabi Muhammad terhadap kaum Anshar?, di saat Fath Makkah maka nabi pulang ke Makkah, dan kaum Anshar bersedih karena menganggap nabi telah pulang ke kampung halamannya, dan mereka (kaum Anshar) pulang ke Madinah, mereka merasa kehilangan nabi Muhammad yang telah 10 tahun hidup bersama mereka, maka rasulullah bersabda :
كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
” Sungguh tidak, aku ini hamba Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada Allah dan kepada kalian hidupku bersama kalian, dan wafatku bersama kalian “
Rasulullah berkata, jika kaum Anshar naik ke suatu bukit maka Rasulullah akan bersama mereka, dan jika bukan karena ada takdir hijrah kata rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh aku adalah termasuk dalam kelompok Anshar, kenapa? karena Rasulullah tidak mau berpisah dengan orang yang mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Kaum Anshar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hidup bersama mereka hingga wafat bersama mereka dan dimakamkan di Madinah Al Munawwarah. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang yang banyak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga wilayah-wilayah yang lainnya, amin allahumma amin. Diriwayatkan disaat qurban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membawa 100 ekor onta, 63 ekor disembelih oleh Rasulullah dan sisanya diserahkan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw untuk beliau melanjutkan penyembelihannya. 63 ekor yang disembelih oleh Rasulullah, hal itu menandakan usia beliau 63 tahun. Hanya saja ada satu hal yang aneh, sebagaimana onta dan hewan sembelihan yang lainnya tidak boleh melihat darah, oleh karena itu ketika penyembelihan pasti ditutupi, karena jika melihat darah maka hewan itu akan mengamuk, namun ketika Rasulullah memberi minum onta-onta itu kemudian mengumpulkannya untuk disembelih, maka sahabat berkata : “wahai Rasulullah, kita tutupi menggunakan tabir supaya darah tidak terlihat oleh onta yang lain”, maka Rasulullah berkata: “jangan ditutupi biarkan onta yang lain melihatnya”, sahabat berkata : “wahai Rasulullah mereka akan mengamuk jika melihat darah”, namun rasulullah kemudian memegang pedang kecilnya untuk menyembelih, maka onta-onta itupun berdesakan untuk disembelih oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka tidak mengamuk dan lari bahkan mereka berdesakan menjulurkan lehernya untuk lebih dahulu disembelih oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika onta saja seperti itu, jangan mau kalah sama onta maka bangkitlah untuk membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kita berdzikir bersama, dan mengirimkan keagungan rahasia dzikir khususnya di pulau Jawa dan seluruh wilayah di Indonesia, untuk gunung-gunung yang sedang aktif agar ditenangkan oleh Allah dengan keagungan dzikir. Wahai Allah, mereka penuh dosa namun mereka adalah hamba-hamba-Mu yang tidak mengetahui, dan kami ingat doa nabi kami :
اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Wahai Allah jika mereka tau keagungan-Mu maka mereka tidak akan menyembah selain-Mu, doa ini dipakai sebagai benteng untuk mendoakan keselamatan mereka, Ketika perang Rasulullah terkena panah baja di tulang rahangnya sehingga mengalirlah darah dari rahang beliau, Rasulullah menutupi darah yang keluar dengan rida’nya agar tidak jatuh ke tanah, maka para sahabat berkata: “wahai Rasulullah biarkan darahnya mengalir, dan kami akan mencabut panah itu dari rahangmu”, Rasulullah tidak mempedulikan sakit dan pedihnya panah yang menembus tulang rahang beliau , beliau menutupi darah dengan surbannya agar tidak jatuh ke tanah dan berkata : “aku tidak ingin jika ada darahku jatuh ke tanah, karena jika ada setetes saja darahku yang terjatuh ke tanah, maka Allah akan turunkan bala’ untuk orang yang memerangiku”, inilah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah dalil kita untuk mendoakan mereka, yang walaupun barangkali mereka telah banyak berbuat dosa, wahai Rabbi…kami hanya memanut sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kita bermunajat untuk bumi Jakarta dan sekitarnya, Bogor, Tangerang, Bekasi dan wilayah-wilayah lainnya. Ya Allah, tenangkan gunung-gunung berapi yang kesemuanya takut dengan kewibawaan nama-Mu, kami kirimkan kepada mereka rasahia keluhuran kewibawaan nama-Mu yang jauh lebih berwibawa daripada alam semesta beserta seisinya, dan kami berdoa semoga Engkau ampuni dosa-dosa kami, sebesar apapun dosa-dosa kami, sungguh bagaikan debu dibanding dengan rahasia samudera pengampunan-Mu, dan sebesar apapun hajat kami tidalah berarti dibanding dengan samudera kedermawanan-Mu, Ya Rabbi…hajat-hajat kami yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui, hajat kami di saat ini dan di waktu yang akan datang, berilah lebih dari yang kami minta, tambahkan anugerah yang besar kepada kami zhair dan bathin, kuatkan iman kami untuk selalu mampu taat kepada-Mu, sungguh kami sangat lemah dalam menjalankan perintah-Mu dan kami pun lemah dalam menjauhi larangan-Mu, maka berilah kami kekuatan. Kepada siapa kami memohon jika bukan kepada-Mu wahai Yang Maha mendengar dan Maha melihat, Allah Maha melihat semua yang hadir di tempat ini, yang menyaksikan acara ini di streaming website Majelis Rasulullah di seluruh penjuru dunia. Rabbi, Engkau melihat wajah-wajah kami dan perasaan kami semua, pastikan kami wafat dalam husnul khatimah, pastikan kami Engkau limpahi rahmat-Mu di dunia dan akhirah, pastikan kami Engkau anugerahi mahabbah-Mu. Dan semoga diantara kami yang terjebak hutang, atau dalam kesedihan, segera selesaikan dan gantikan dengan ketenangan dan kebahagiaan, tunjukkan rahasia kewibawaan nama-Mu wahai Rabbi, ya rahman ya rahim ya dzal jalali wal ikram…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Thursday 11 October 2012

Hajar Aswad Batu Surga Saksi Kita di Akhirat

Diyakini sebagai batu surga, Hajar Aswad bakal menjadi saksi kita di akhirat kelak. Karena itulah, meski sunah hukumnya, ribuan jamaah haji berupaya sekuat tenaga untuk dapat menciumnya. Meski hanya sunah, setiap jamah haji selalu berupaya untuk sebisa mungkin dapat mencium Hajar Aswad (batu hitam). Selain diyakini sebagai batu surga, konon, Hajar Aswad kelak akan menjadi saksi kita di akhirat.
Terletak di sudut selatan Kabah pada ketinggian 1,10 meter dari lantai Masjidil Haram, batu hitam berukuran 25 x 17 cm ini selalu menyedot perhatian jamaah haji. Mereka berusaha untuk dapat menciumnya, atau paling tidak dapat ber-ihtilam (menyalaminya atau mencium tangan ketika tawaf).
Meski demikian, untuk melakukan ritual ini (mencium Hajar Aswad), setiap orang dituntut kesabarannya, mengingat banyaknya jamaah haji yang memiliki niat serupa. Karena itu, tidak dibenarkan jika kita memaksakan untuk menciumnya sembari menyakiti jemaah yang lainnya. Apalagi jika hal itu memicu keributan dengan sesama jamaah. Di lain pihak, karena hukumnya bukan wajib melainkan sunah, sejauh ini Pemerintah Arab Saudi tidak menyediakan sarana sebagaimana tawaf dan sa’i.
Apa makna di balik prosesi mencium Hajar Aswad? Konon, mencium Hajar Aswad adalah lambang perjanjian kita dengan Allah SWT. Hajar Aswad melambangkan “tangan Allah”. Mencium Hajar Aswad-baik dari dekat maupun dari jauh melambangkan perjanjian kita dengan “menjabat” tangan Allah. Seakan-akan kita berkata, “Ya Allah, saya berjanji bahwa mulai saat ini saya telah masuk ke dalam lingkaran-Mu, dan tidak akan pernah keluar dari lingkaran-Mu ini”. Karena itu, jika ada kesempatan dan kemampuan, setiap jamaah disunahkan untuk mencium Hajar Aswad.
Mulanya Putih
Menurut sejarahnya, Hajar Aswad adalah batu yang diberikan Malaikat Jibril kepada Nabi Ismail AS ketika diperintah mencari batu oleh ayahnya, Nabi Ibrahim AS yang hendak meninggikan Kabah. Kala itu, Hajar Aswad menyala-nyala karena saking putihnya. Cahayanya menyinari Barat dan Timur.
Tapi mengapa Hajar Aswad sekarang berwarna hitam? Ada beberapa versi mengenai hal ini. Hajar Aswad itu berubah warnanya menjadi hitam pekat karena diduga kuat akibat peristiwa kebakaran yang terjadi di zaman Quraisy dan di era Ibnu Zubair. Akibatnya Hajar Aswad mengalami keretakkan yang kemudian diikat oleh Ibnu Zubair dengan perak ketika ia merenovasinya.
Versi lainnya menyebutkan, berubahnya warna Hajar Aswad dari semula abyad (putih) menjadi aswad (hitam) karena dosa-dosa anak cucu Adam. Dalam kaitan ini ada sabda Rasulullah SAW yang artinya, “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, berwarna lebih putih dari susu. Dosa-dosa anak cucu Adam-lah yang menjadikannya hitam”. Mana yang benar? Wallaahua’lam.
Dalam kaitan versi kedua, Ibnu Zhahirah mengingatkan bahwa dosa-dosa anak manusia saja bisa menghitamkan batu, apalagi pengaruhnya terhadap hati manusia. Ini jelas sebagai peringatan kepada anak cucu Adam agar hanya kepada Allah SWT sajalah kita bertumpu.
Hajar Aswad yang sekarang adalah 8 bongkahan kecil akibat pecahnya batu yang semula besar. Kedelapan bongkahan itu masih tersusun rapi pada tempatnya seperti sekarang. Pecahnya batu itu terjadi pada zaman Qaramithah, yaitu sekte dari Syi’ah Al-Bathiniyyah dari pengikut Abu Thahir Al-Qaramathi yang mencabut Hajar Aswad dan membawanya ke Ihsa’ pada tahun 319 Hijriyah. Tetapi batu itu dikembalikan lagi pada tahun 339 Hijriah.
Gugusan yang terbesar berukuran sebuah kurma yang tertanam di batu besar lain dan dikelilingi oleh ikatan perak inilah yang senantiasa dirindui setiap muslim untuk dapat menciumnya. Batu yang terletak dalam lingkaran perak itulah yang diusahakan jamaah haji untuk dapat menciumnya, bukan batu yang berada di sekitarnya.
Dalam perkembangannya, Hajar Aswad pernah mengalami renovasi pada zaman Raja Fahd, tepatnya pada bulan Rabiul Awal 1422 Hijriyah. Kini, setiap tahun menjelang musim haji, Hajar Aswad senantiasa dibersihkan berbarengan dengan pencucian Kabah. Pada saat inilah, biasanya Pemerintah Arab Saudi memberi kesempatan kepada tamu-tamu kerajaan untuk menyaksikan pencucian Kabah sekaligus mencium Hajar Aswad. Tc Naufal Al-bani

Ya Allah

(Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.) (Q.S. Ar-Rahman: 29)
Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup kencang, semua penumpang akan panik dan menyeru: “Ya Allah!” Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang jauh dari jalur, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya, nereka akan menyeru: ” Ya Allah !”
Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi, mereka yang tertimpa akan selalu berseru: ” Ya Allah!”
Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan telah digeraikan, orang-orang mendesah: “Ya Allah!”
Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa sempit, harapan terputus dan semua jalan pintas membuntu, mereka pun menyeru: ” Ya Allah!”
Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup, dan jiwa terasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus Anda pikul, menyerulah : “Ya Allah!” Kuingat Engkau saat alam gelap gulita dan wajah zaman berlumuran debu hitam Ku sebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah
Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ke hadirat-Nya.
Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan, julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arah-Nya untuk memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat, dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya, keyakinan akan semakin kokoh. Karena (Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.) (QS. Asy-Syura:19)
Allah: Nama yang paling bagus, susunan huruf yang paling indah, ungkapan yang paling tulus, dan kata yang sangat berharga. (Apakah kamu tahu ada seseorang yang sama dengan Dia (yang patut di sembah)?) (QS. Maryam:65)
Allah: milik-Nya semua kekayaan, keabadian, kekuatan, pertolongan, kemuliaan, kemampuan, dan hikmah. (Milik siapakah kerajaan hari ini? Milik Allah Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.) (QS. Ghafir: 16)
Allah: dari-Nya semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta dan kebaikan. (Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).) (QS. An-Nahl:53)
Allah: pemilik segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan keperkasaan. Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf, Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah Engkau tetap yang Maha Agung, sedang semua makna, akan lebur, mencair, ditengah keagungan-Mu, wahai Rabku
Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikanlah kepedihan ini awal kebahagiaan, dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram. Ya Allah, dinginkan panasnya kalbu ini dengan salju keyakinan, dan padamkan bara jiwa dengan air keimanan. Wahai Rabb, anugerahkan pada mata yang tak dapat terpejam ini rasa kantuk dari-Mu yang menentramkan. Tuangkan dalam jiwa yang bergolak ini kedamaian. Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang nyata. Wahai Rabb, tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu. Bimbinglah sesatnya perjalanan ini ke arah jalan-Mu yang lurus. Dan tuntunlah orang-orang yang menyimpang dari jalan-Mu merapat ke hidayah-Mu.
Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan memancar terang, dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secerah sinar kebenaran. Hempaskan semua tipu daya setan dengan bantuan bala tentara-Mu.
Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka, dan usirlah kegundahan dari jiwa kami semua.
Kami berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera. Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakal. Hanya kepada-Mu kami memohon, dan hanya kepada-Mu lah semua pertolongan. Cukuplah Engkau sebagai Pelindung kami, karena Engkaulah sebaik Pelindung dan Penolong. “Karena pembelajaran bertambahlah ilmu, karena dzikir bertambahlah kecintaan, dan karena tafakur bertambahlah ketakutan” Wallahu A’lam

Hari Ini Milik Anda

Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.
Umur Anda, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik di antara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acap kali menakutkan.
Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu’, bacaan Al-Qur’an yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.
Pada hari dimana Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari itu. Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari itu. Beristighfarlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan! Terimalah rezeki, istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu dan jabatan Anda hari ini dengan penuh kebahagiaan.
(Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur.) (QS. Al-A’raf:144)
Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan dan kemarahan, kedengkian dan kebencian.
Jangan lupa, hendaklah Anda goreskan pada dinding hati Anda satu kalimat (bila perlu Anda tulis pula pada meja kerja Anda): Harimu adalah hari ini. Yakni, bila hari ini Anda dapat memakan nasi hangat yang harum baunya, maka apakah nasi basi yang telah Anda makan kemarin atau nasi hangat esok hari (yang belum tentu ada) itu akan merugikan Anda.
Jika Anda dapat minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin, atau mengkhawatirkan air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi.
Jika Anda percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang kuat Anda, maka akan dapat menundukkan diri untuk berpegang pada prinsip: aku hanya akan hidup hari ini. Prinsip inilah yang akan menyibukkan diri Anda setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi, dan mensucikan setiap amalan.
Dan itu, akan membuat Anda berkata dalam hati, “hanya hari ini aku berkesempatan untuk mengatakan yang baik-baik saja. Tak berucap kotor dan jorok yang menjijikan, tidak akan pernah mencela, menghardik dan juga membicarakan kejelekan orang lain. Hanya hari ini aku berkesempatan menertibkan rumah dan kantor agar tak semrawut dan berantakan. Dan karena hanya hari ini saja aku akan hidup, maka aku akan memperhatikan kebersihan tubuhku, kerapian penampilanku, kebaikan tutur kata dan tindak tandukku.”
Karena hanya akan hidup hari ini, maka aku akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada rabb, mengerjakan shalat sesempurna mungkin, membekali diri dengan shalat-shalat sunah nafilah, berpegang teguh pada Al-Qur’an, mengkaji dan mencatat segala yang bermanfaat.
Aku hanya akan hidup hari ini, karenanya aku akan menanam dalam hatiku semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri baik sikap takabur, ujub, riya’, dan buruk sangka.
Hanya hari ini aku akan dapat menghirup udara kehidupan, maka aku akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada siapapun. Aku akan menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang tersesat, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang kesulitan, membantu orang yang di dzolimi, meringankan penderitaan yang lemah, mengasihi mereka yang menderita, menghormati orang-orang alim, menyayangi anak kecil, dan berbakti kepada orang tua.
Aku hanya akan hidup hari ini, maka aku akan mengucapkan, “Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedikitpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi.”
“Wahai masa depan, engkau masih dalam kegaiban. Maka, aku tidak akan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Aku pun tak bakal memburu, sesuatu yang belum tentu ada, karena esok hari mungkin tak ada sesuatu. Esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan dan tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan.”
“Hari ini milik Anda”, adalah ungkapan yang paling indah dalam “kamus kebahagiaan”. Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah. wallahu a’lam

Keshalihan Itu Menembus Segala Batas

Suasana di Madinah begitu mencekam. Hari-hari terasa lamban berjalan. Telah lima tahun Rasulullah dan kaumnya tinggal di kota baru itu. Selama masa itu telah benyak peristiwa besar terjadi. Tetapi, hari itu kaum Muslimin menghadapi peristiwa paling genting sepanjang sejarah perjuangan mereka. Menghadapi saat-saat menegangkan, dikepung kafir Quraisy dan Yahudi dari segala penjuru.
Biang dari semua itu adalah Yahudi Bani Nadhir. Para pembesarnya begitu antusias membakar semangat orang-orang kafir Quraisy. Mengajkak mereka menumpas kaum Muslimin. Tidak hanya itu Bani Nadhir juga memprovokasi dan mengajak Yahudi Bani Ghathafan,Bani Fuzarah, dan Bani Murrah yang memang telah punya dendam kesumat kepada kaum Muslimin. Dalam pada itu, tiba-tiba Yahudi Bani Quraidah yang telah terikat perjanjian dengan Rasulullah dan kaum Muslimin juga mmengkhianati. Keguncangan datang berlapis-lapis.
Dengan usulan Salman Al-Farisi, kaum Muslimin menggali parit. Mereka bahu membahu bekerja keras. Tetapi suasana menakutkan tak serta merta hilang. Apalagi orang-orang munafik didalam kota Madinah tidak mau turut bekerja. Siang dan malam silih berganti. Kaum Muslimin tidak bisa kemana-mana. Segalanya begitu menakutkan.
Buku-buku sirah menulis panjang lebar tentang perang yang dikenal dengan Perang Ahzab (sekutu) atau Perang Khandaq (parit) itu. Allah menggambarkan betapa dahsyatnya goncangan yang terjadi saat itu, seperti dalam firman-Nya, “(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan, dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka.” (QS. Al-Ahzab: 10).
Hingga ketika segalanya mencapai puncaknya, Allah SWT mnurunkan karunia dan pertolongan-Nya. Para tentara sekutu itu diobrak-abrik Allah melalui tentaranya dibuni. Dikirimnya angin topan yang dahsyat dan malaikat. Allah SWT mengisahkan, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ahzab: 9)
Begitulah. Akhirnya Rasulullah dan orang-orang beriman itu diselamatkan Allah. Banyak pelajaran penting dari Perang Ahzab. Satu diantaranya , bahwa karunia Allah itu menembus segala batas. Seperti juga angin dan pasir yang menghancurkan tentara sekutu kafir itu, seperti itu pula dalam hidup ini, ada banyak tentara Allah yang bertebaran di muka bumi. Bila Allah berkehendak, mereka bisa diperintahkan menolong kaum Muslimin. Mungkin konteksnya tidak selalu dalam medan jihad perang. Tetapi bisa saja dalam lingkup kehidupan sehari-hari pribadi seorang Mukmin.
Terlalu banyak rahasia hidup yang tidak kita ketahui. Karenanya kita semua sangat berharap kepada karunia Allah, kita memang boleh berhitung. Tentang apa saja. Juga tentang hidup yang berliku-liku. Tetapi, hidup tak selamanya berjalan dalam dalam kalkulasi matematis. Ada ruang lain yang harus kita yakini. Karena diluar diri kita, diluar seluruh makhluk langit dan bumi, ada kekuasaan Allah. Itulah ruang lain itu. Kita semua adalah hamba Allah Yang Maha Kuasa. Karenanya, kita perlu kepada kekuatan, pertolongan, dan dukungan Allah. Tidak ada yang bisa hidup tanpa pertolongan Allah. Allah SWT berfirman, “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu. Dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan), maka siapa gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. Ali Imran: 160)
Suka duka hidup ini, sering kali tidak bisa kita tebak. Apa yang menurut kita akan berjalan kearah yang baik, bisa jadi berujung dengan keburukan. Apa yang kita sangka tidak menyenangkan, ternyata akhirnya sangat membahagiakan. Apalagi musibah, bencana, dan malapetaka, seringkali datang dengan sangat tiba-tiba. Lalu, dalam sekejap tatanan hidup secara sosial maupun material yang bertahun-tahun kita bangun menjadi luluh lantak. Nyawa orang-orang yang kita cintai pun melayang.
Tidak semua yang kita rencanakan pasti berhasil. Karena hidup ini bukan lurus tanpa belokan. Terlalu banyak rahasia Allah yang tidak kita ketahui. Kalu untuk sekedar makan atau minum, atau menyambung nyawa, Allah akan memberikannya untuk orang beriman maupun untuk orang kafir. Tetapi soal berkah, pembelaan Allah, karunia, pahala, bimbingan, petunjuk, penghargaan, bahkan janji surga, itu hanya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Kita tidak sekedar perlu makan dan minum. Bagi seorang mukmin, hidup tidak sekedar mengisi perut dan menyambung nafas. Ada pemaknaan jauh lebih tinggi, terhormat, dan mengantarkan kita pada harga diri kemanusiaan yang paling tinggi: sebagai khalifah. Wakil Allah dimuka bumi, yang tugasnya kepada Allah, memakmurkan bumi, dan menegakkan agama-Nya.
Itu semakin menegaskan, bahwa kita harus mendekat kepada Allah. Dengan beragam amal keshalihan. Agar, dengan amal-amal itu, Allah berkenan menurunkan berkah-berkah-Nya, dalam bentuk apapun, yang menjadi penguat perjalanan hidup kita. Dalam bahasa Islam, mengharapkan berkah dengan mempersembahkan amal keshalihan ini disebut dengan tawassul. Artinya, memohon sesuatu kepada Allah dengan terlebih dahulu mempersembahkan amal keshalihan tertentu, yang amal itu sendiri dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 35)
Karunia-karunia ini harus dimohonkan kepada Allah. Dengan cara semaksimal mungkin agar kita menjadi orang yang shalih. Karena berkah-berkah kesalihan itulah yang diharapkan bisa menurunkan karunia tersebut. Itu pun sesungguhnya tidak serta mertasemua karunia Allah murni karena amal kita. Mungkin kebanyakan merupakan kebaikan (ihsan) dari Allah. Kalau sekedar mengandalkan amal kita, kita bisa menghitung. Sudah seberapa kualitas amal kita? Tidak akan sebanding dengan karunia Allah.
Bahkan, kadang apa yang kita nikmati dari karunia hidup ini boleh jadi lantaran berkah dari keshalihan orang lain, seperti para da’i yang tak kenal henti untuk terus berjuang dijalan Allah, mencegah kepada kemungkaran dan menyerukan kepada kebaikan, atau pada orang-orang tertindas yang terus berdoa, taau orang-orang miskin yang tetap menjaga kehormatan dirinya, atau para orang tua kita yang setiap malam menangis kepada Allah meminta agar anak-anaknya, yang juga darah dagingnya jangan sampai menjadi sampah masyarakat.
Alangkah bodohnya kita, bila memandang alur hidup ini sangat individual. Merasa diri segala-galanya. Sejarah sendiri membuktikan, mereka yang mendapatkan karunia dari Allah, adalah mereka yang telah mempersembahkan kepada Allah begitu banyak keshalihan. Kalaupun tidak banyak secara jumlah, mungkin secara mutu dan kualitas amal. Berkah dan karunia itu tidak gratis, kecuali apa yang memang merupakan kebaikan Allah secara Cuma-Cuma untuk makhluk hidup-Nya.
Lihatlah para pejuang dijalan Allah. Mereka mempersembahkan puncak tertinggi dari bentuk amal keshlihannya. Lalu gugur di medan jihad. Maka mereka pun mendapat berkah yang sangat luar biasa, sebagai mana firman Allah SWT., “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169). Selain itu, orang yang gugur syahid bisa memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya. Ia mendapat isteri para bidadari, dan mendapat banyak sekali kemuliaan di surga Allah.
Berkah-berkah keshalihan memang banyak bentuknya. Kadang berupa rezeki yang bermanfaat, anak yang shalih, suami atau isteri yang shalih dan shalihat, atau bentuk-bentuk lainnya yang masih banyak lagi. Seperti kisah Ummu Salamah sebelum menjadi isteri Rasulullah. Ia bertutur, bahwa ketika suaminya, Abu Salamah meninggal, ia sangat sedih. Abu Salamah sendiri seorang sahabat yang terkenal keshalihannya, juga berperan besar dalam hijrah. Sampai-sampai Ummu Salamah berkata, “Aduhai, siapakah lelaki muslim yang lebih baik dari Abu Salamah?”
Tetapi Ummu Salamah berusaha tegar. Ia lantas mengucapkan doa yang diajarkan Rasulullah SAW. “Allahumma ajirni fii musibatii wakhluflii khairan minhaa (ya Allah, anugerahi ganjaran dalam musibahku ini, dan berikanlah aku ganti dengan yang lebih baik). Akhirnya, Ummu Salamah benar-benar mendapat ganti seorang suami, yang tentu lebih baik dari Abu Salamah. Karena suami barunya itu adalah Rasulullah SAW.
Setiap kita bisa mengejar berkah-berkah keshalihan itu. Dari pintu yang bermacam-macam. Karena Allah telah berjanji, dan janji Allah pasti ditepati, bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan siapapun yang beramal shalih. Jalan mengejar berkah keshalihan itu sebanyak jalan menuju amal kebaikan itu sendiri. Dari yang terkecil hingga yang terbesar. Dari yang bobotnya ringan hingga yang bernilai sangat tinggi.
Hidup ini memang memerlukan keberanian. Tetapi, keberanian seorang mukmin terlebih dulu dengan iman dan amalnya, sebelum dengan bentuk-bentuk kekuatan lainnya. Siapa yang mendekat kepada Allah sejengkal, Allah akan mendekat kepadanya sehasta. Siapa yang menuju Allah dengan berjalan, Allah akan mendekat kepadanya dengan berlari. Demikian seterusnya.
Dimalam-malam yang tak lagi ada suara. Ketika segala yang bergerak menjadi diam. Ketika hati jauh dari hiruk pikuk kehidupan yang congkak. Itu adalah saat-saat terindah untuk bersimpuh kepada Allah. Saat yang tepat untuk mendidik jiwa kepuncak kejujurannya, bahwa ternyata kita bukan apa-apa. Bahkan tak bisa memberikan jaminan apap bagi bagi detik-detik kehidupan kita berikutnya. Kini saatnya kia kembali kepada tuntunan Allah, dengan iman dan amal shalih, sebaik dan sebanyak yang kita bisa.
( Naufal al-bani )

Sejarah Panjang Seni Kaligrafi Peninggalan Islam

Al-Qur'an selalu memainkan peranan utama dalam perkembangan tulisan Arab. Keperluan untuk merakam al-Qur'an memaksa memperbaharui tulisan mereka dan memperindahnya sehingga ia pantas menjadi wahyu Ilahi. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab dengan perantaraan malaikat Jibril. Baginda menerima wahyu dan menyiarkannya sampai wafat pada tahun 632 M, sesudah itu wahyu tidak turun lagi dan penyebarannya dari orang mukmin yang satu kepada yang lain secara lisan oleh para Huffaz (mereka yang hafal al-Qur'an dan dapat membaca dalam hati).

Pada tahun 633, sejumlah huffaz ini terbunuh dalam peperangan yang timbul setelah wafatnya Nabi. Ini memberikan peringatan kepada kaum Muslimin, khususnya Umar bin Khatab. Umar mendesak Khalifah pertama Abu Bakar supaya mengerjakan penulisan al-Qur'an.

Juru tulis Nabi, Zayd bin Thabit diperintahkan menyusun dan mengumpulkan wahyu ke dalam sebuah kitab, yang kemudian ditetapkan oleh Khalifah ketiga, Usman, pada tahun 651. Penyusunan yang disucikan ini kemudian disalin ke dalam empat atau lima edisi yang serupa dan dikirim ke wilayah-wilayah Islam yang penting untuk digunakan sebagai naskah kitab yang baku.


Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad kehancuran dan pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran tu terjadi akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya, dan memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun 1258 dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.

Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.

Adalah sangat menakjubk bahwa Islam mampu, setelah dihancurkan sedemikian rupa, bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad, Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kafir, sebab, tidak hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang diperintahnya.

Ghazan menjadi seorang Muslim ya terpelajar, teguh dan membaktikan sebagian besar hidupnya demi kebesaran Islam dan kebangkitan kembali kebudayaannya. Dia memberikan dorongan yang amat besar terhadap seni Islam, termasuk kaligrafi dan penyalinan buku!

Tradisi ini dilanjutkan oleh saudara dan penggantinya Uljaytu (1306-16), yang pemerintahannya berlimpah dengan kebesaran seni dan kemajuan sastra. Dia beruntung memiliki menteri dua tokoh yang berpikiran terang, Rashid al-Din dan Sa'd al-Din, yang mendorong dia melindungi kaum terpelajar, para seniman dan ahli kaligrafi.

Di bawah kekuasaannya, seni kaligrafi dan penerangan Il-Khanid mencapai puncaknya, sebagaimana dapat dilihat dari salinan al-Quran yang sangat indah dalam tulisan Rayhani yang ditulis atas perintah Ulyaytu dan disalin serta diperterang pada tahun 1313 oleh Abd Allah ibn Muhammad al-Hamadani.

Pendekar kaligrafi yang lain pada masa awal dinasti Il-Khan, yang dibimbing oleh Yaqut, adalah Ahmad al-Suhrawardi, yang meninggalkan untuk kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Muhaqqaq tahun 1304. Yaqut menarik perhatian sejumlah besar muridnya, tidak hanya karena berusah menyainginya namun juga bangga mengatributkan karya mereka kepadanya; yang menolong mengabadikan kemasyurannya.Uljaytu diikuti oleh putranya, Abu Sa'id (1316-34), yang ketika memerintah, kemerosotan politik mulai berlangsung. Tetapi kehidupan budaya memuncak, termasuk seni kaligrafi, walaupun tidak berlangsung lama. Kemajuan ini khususnya karena sebagian besar murid Yaqut tumbuh pada masa ini. Di antara mereka yang menjadi pendekar kaligrafi yang mandiri, melengkapi pendekar yang baru kita sebut, adalah Mubarak Shah al-Qutb (w.1311), Sayyii Haydar (w. 1325), Mubarak Shah al-Suyufi (w. 1334), Abd Allah al-Sayrafi (w. 1338) yang meninggalkan untuk kita sebuah kaligrafi yang indah sekal ditandatangani dan berangka tahun 1323, lalu Abd Allah Arghun (w. 1341) da. Yahya I-Jamali I-Sufi.

Untungnya al-Sufi meninggalkan kepada kita sebuah salinan aI-Quran yang indah dalam tulisan emas Muhaqqaq dengan huruf hidup biru, berangka tahun 1345, sebagai monumen bagi keahliannya di bidang seni kaligrafi.

Tokoh lain adalah Muhammad ibn Yusuf al-Abari, yang meninggalka untuk kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Thuluth yang mendekati tulisa Rayhani, yang cukup menarik perhatian.

Dinasti Il-Khanid bertahan sampai akhir abad ke-14, kemudian digantika oleh dinasti Timurid, yang didirikan oleh Timur yang agung, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Tamerlane (w. 1405). Meskipun dia dikenal dunia karen kejahatannya sebagai pembinasa besar, tetapi dalam hidupnya di kemudiari hari setelah memeluk Islam. Dia sering mengumpulkan para seniman terbaik, kam terpelajar, pelukis dan para ahli kaligrafi di wilayah-wilayah yan ditaklukkannya, dan membawa mereka ke ibukota, Samarkand.

Timur Leng memberikan perhatian istimewa terhadap senikaligrafi, da secara langsung bertanggungjawab atas terciptanya gaya baru penulisan al Qur'an yang sesudah wafatnya disebut menurut namanya, dan menggantika gaya dinasti Il-Kahanid Mongol yang awal.Berbeda dengan gaya Il-Khanid, yg mencapai kemegahan dengan salinan al-Quran besar dalam tulisan monumental yang berpola megah dan geometris, gaya Timurid bertujuan menciptakan keseimbangan antara keindahan dan kemegahan dengan memadukan penulisan huruf yang jelas dalam kitab al-Qur'an besar dengan pola tumbuhan yang sungguh indah, mempesona, lembut pewarnaannya, terpadu dengan tulisan ornamental Kufi Timur yang begitu indah sehingga hampir tak ketara.

Untuk pemakaian tulisan besar, tulisan Rayhanilah yang dipilih secara tetap, dan keindahannya ditonjolkan dengan penulisan huruf hidupnya yang menggunakan pena yang 1ebih bagus dari pena biasa. Tulisan naskhi dipakai untuk halaman yang kurang lebar, namun memberikan kejelasan dan kemurnian garis yang lebih besar yang kemudian mempengaruhi Ta-liq Persia dan Naskhi India.

Walaupun praktek pemakaian bermacam gaya dan ukuran tulisan yang berbeda pada halaman yang sama mengulangi praktek yang berlaku di masa Ibn Muqlah, mungkin gaya Timuridlah yang pertama kali memperluas pemakaiannya untuk penulisan al-Qur'an.

Sifat dan ciri tulisan masa Timurid khususnya tercermin sekali dalam kitab2 al-Qur'an besar, di antaranya adalah salinan paling besar yang pernah dihasillkan. Sebuah anekdot menarik yang menceritakan kecintaan Timur Leng kpda al-Qur'an besar adalah kisah 'Umar Aqta', orang yang diperintahkan Timur Leng menulis kitab al-Qur'an. Umar akhirnya mempersembahkan salinan al-Qur'an kepada Timur Leng dalam tulisan Ghubar, salinan itu sekecil cincin stempel.

Timur Leng menerima persembahan ini dengan sikap menghina oleh karena ukurannya yang kecil; sedang Umar meminta kembali al-Qur'an kecil itu tanpa rasa takut dan menyalin al-Qur'an lain dalam tulisan Tumar, tiap halaman hampir satu meter ukurannyaj dan oeh karena itu dia mendapatkan hadiah besar.Tradisi kaligrafi murni ini dilanjutkan oleh pengganti Timur Leng. Putranya, Shah Rukh (1405-47), adalah seorang Muslim taat yang menghargai kaligrafi sedemikian tinggi dan dialah yang memerintahkan penyalinan banyak kitab al Quran yang indah. Dia juga memiliki seorang putra yang sangat ahli di bidang ini. Salah satu dari sejumlah al-Qur'an dari masa pemerintahannya yang ada sekarang adalah buah tangan ahli kaligrafi Timurid terkemuka Muhammad al Tughra'i, disalin tahun 1408 dalam tulisan Muhaqqaq emas.Putra Shah Rukh, Ibrahim Sultan, menjadi salah seorang ahli kaligrafi terkemuka pada masa itu, spt terlihat dari al-Qur'an yang dia salin dalam tulisan Rayhani emas pada thn 1431. Putra Shah Rukh yag lain, Baysunghur (w. 1433) adalah tokoh budaya yang berbakat pada masa Timurid dan setaraf kedudukannya di antara para kolektor buku tingkat dunia.

Sepanjang hidupnya dia mengayomi seni dan pengkajian ilmu, menghimpun banyak seniman, ahli kaligrafi, penjulid buku & pelukis yang mengembangkan gaya yang indah dari produksi buku madzab Timurid, menonjol karena salinan al-Qur'annya yang indah dan berjilid-jilid ,salinan epik Persia yang mempesona, dengan lukisan miniatur dan hiasan lain yg bagus.

Pencinta buku lain adalah Sultan Husayn (w. 1506), yang dari istananya di Herrat lahir salinan-salinan al-Qur'an dalam gaya Timurid yang sangat indah. Antara para ahli kaligarafi hebat zaman Timurid yang paling berbakat, sebagai tambahan bagi nama-nama yang dah disebutkan, adalah Abd Allah ibn Mir Ali, Ja'far al-Tabrizi, Muhammad Mu'min ibn 'Abd Allah, Abd Allah al-Tabbakh & muridnya, Abd al-Haqq al-Sabzawari.

Kekhalifahan Mameluk, yang menegakkan dinastinya (1250-1517) terutama di Mesir dan Siria, memerintah untuk menyelamatkan wilayah Dar aI-Islam mereka dari kehancuranyang melanda provinsi-provinsi Timur, sehingga kelanjutan kehidupan budaya terpelihara. Apresiasi mereka yang tinggi terhadap seni Islam secara umum membuat mereka jadi pelindung seni kaligrafi hiasan al Quranan yang sangat gairah, yang memuncak hingga mencapai tingkat yang paling tinggi, menyaingi pencapaian dinasti Il-Khanid di Timur.

Malahan, sampaii sekarang pun banyak salinan al-Qur'an peninggalan dinasti Mameluk dipandang sebagai puncak karya kaligrafi yang tak pernah tertandingi.Sultan besar dinasti Mameluk yang pertama adalah Rukh al-Din Baybars I (1260-77). yang tersohor baik dalam peperangan maupun dalam perdamaian, dan pelindung besar seni. Baybars diikuti oleh sederet panjang sultan Mameluk, yang paling besar adalah Qalawun (1279-90) dan putranya, aI-Nasir, yang memerintah dalam tiga masa antara 1293 dan 1340, al-Ashraf (1363-76) dan Barquq (1387-98).

Untungnya sejumlah salinan al-Qur'an zaman Mameluk yang terpandang sampai kepada kita. Ahli kaligrafi terbesar zaman Mameluk adalah Muhammad ibn al-Wahid, yang meninggalkan kepada kita salinan al-Qur'an yang unik dalam tulisan Thuluth, yang telah disinggung, disalin pada tahun 1304 untuk seorang pejabat tinggi Baybar, yang kemudian menjadi Sultan Baybar II (1308-09).

Tiga ahli kaligrafi yang tumbuh pada masa panjang pemerintahan aI-Nasir, dan meninggalkan kepada kita contoh karya sebagai bukti keahliannya yang hebat dalam kaligrafi, adalah Muhamad ibn Sulaiman al-Muhsini, Ahmad ibn Muhammad aI-Ansari dan Ibrahim ibn Muhammad al-Khabbaz. Abd aI-Rahman ibn al-Sayigh tersohor karena menyalin dalam tulisan Muhaqqaq kitab al-Qur'an yang dikenal paling besar dari zaman Mameluk, yang panjangnya lebih dari dua meter, dibuat hanya dengan menggunakan pena bambu dan ditulis dalam waktu singkat, enam puluh hari.

Qur'an ini, dengan hiasan yang mengagungkan, dibuat pada tahun 1397 untuk Sultan Barquq, yang setelah dia kekuasaan dinasti Mameluk mulai merosot. Sekalipun demikian, ukuran kaligrafi yang sangat tinggi tetap dipertahankan selama hampir satu abad kemudian, seperti dapat dilihat dari sebuah Qur'an lebar yang disiapkan untuk al-Malik al-Ashraf pada tahun 1496 oleh Shahin al-Inbitani, yang menyalinnya dalam tulisan Naskhi besar.Masa dinasti Mameluk adalah masa kemajuan kebudayaan yang luar biasa, dan para ahli umumnya sepakat bahwa kaligrafi Arab mencapai puncak kesempurnaannya di Mesir dan Siria pada abad pertama pemerintahan dinasti Mameluk. Sementara pandangan ini benar bagi seni kaligrafi dan hiasan al¬Qur'an zaman Mameluk, kemajuan itu juga tercermin dalam penggunaan bahan kaligrafi seperti logam, kaca, gading, kain, kayu dan batu.

Penggunaan kaligrafi yang luas ini, yang menarik perhatian karena cakupan dan bobotnya, membangkitkan lahirnya gaya Thuluth dan Naskhi khusus, yang selalu dikaitkan dengan masa ini.

Kemunduran dinasti Timurid, yang berlangsung sedemikian cepat menjelang abad ke-15, memberi peluang dinasti Safawi muncul di bawah pemimpin mereka yang energetik yang kemudian memperoleh gelar Shah Isma'il (1502-24). Dinasti Safawi yang bertahan sampai tahun 1736 adalah dinasti yang paling lama dan jaya yang memerintah Persia dan Iraq. Sekalipun selalu timbul pertentangan dengan musuh-musuhnya, namun dinasti Safawi berhasil antara kehidupan budaya Persia ke era baru, yang berpengaruh langsung kepada perkembangan seni Islam, tidak hanya dalam wilayah mereka, namun juga di wilayah kerajaan musuh mereka dinasti Usmaniyyah.

Perkembangan kaligrafi yang benar-benar penting terjadi pada masa kekuasaan Shah Isma'il dan penggantinya, Shah Tahmasp (1524-76). Di bawah dorongan merekalah tulisan Ta'liq dirumuskan dan dikembangkan menjadi tulisan yang digunakan penduduk negeri secara luas, yang kemudian mengarah ke perkembangan tulisan Nasta'liq.

Dari sudut luas pemakaiannya di kalangan bangsa Persia, Urdu dan yang berbahasa Turki, dan sumbangan penting mereka terhadap kaligrafi Islam pada umumnya, dua tulisan yang masih agak muda ini terangkat kedudukannya menjadi tulisan utama.

Tulisan Ta'liq (gantung), menurut beberapa sumber Arab, dikembangkan oleh orang Persia dari tulisan Arab awal yang kurang dikenal, Firamuz, suatu bentuk tulisan kursif yang sederhana yang dipakai sampai awal abad ke-9. Sekalipun demikian orang memandang bahwa tulisan Ta'Iiq bisa berkembang menjadi tulisan yang pasti setelah ditemukannya tulisan Riyasi pada abad ke-9.Perkembangannya khususnya dipengaruhi oleh tulisan Riqa' dan Ta'Yqi, sedikit banyak penyimpangannya dihubungkan langsung dengan dua tulisan ini oleh berapa sumber Persia, dan menganggap penemunya adalah Taj-i Salmani, seorang ahli kaligrafi dari Isfahan yang tidak begitu dikenal. Sekalipun demikian, ahlii kaligrafi Abd al-Hayy dari kota Astarabad yang tampaknya telah memainkan peranan lebih penting dalam perkembangannya awal. Dia didorong oleh pengayomnya, Shah Isma'il, untuk meletakkan aturan-aturan dasar tulisan Ta'liq, dan tidak saja mempopulerkan tulisan Ta'liq di kalangan orang Persia, Turki & India.

Para ahli kaligrafi Persia segera mengembangkan dari tulisan Ta'liq ke suatu ragam yang lebih terang dan indah, kemudian dikenal sebagai Nasta'liq, walau pun mereka terus memakai tulisan Ta'liq untuk naskah monumental dan peristiwa-peristiwa penting. Para ahli kaligrafi Turki, di lain hal, selama jangka waktu yang lama tetap mematuhi aturan-aturan dasar Ta'liq awal. Juga setelah enyerap banyak perubahan yang ditimbulkan oleh tulisan Nasta'liq, yang mereka terima sebagai perbaikan, orang Turki tetap mempertahankan nama Ta'liq untuk gaya itu.

Tulisan Nasta'liq (tersusun dad nama Naskh dan Ta'liq) harus dipandang sebagai suatu ragam gaya Ta'liq yang dikembangkan di akhir abad ke-15 oleh org Persia, dan menjadi tulisan Nasional mereka. Semua sumber penting sepakat bahwa ahli kaligrafi Persia Mir Ali Sultan al- Tabrizi (w. 1416) adalah pembangun tulisan ini dan berjasa merancang aturan-aturannya yang kompleks.

Menurut legenda, Mir Ali, sebagai seorang Muslim yang taat, rajin sembahyang seraya memohon diberi keahlian dalam menciptakan gaya kaligrafi baru yang indah. Imam Ali, sepupu Nabi dan Khalifah keempat, kepada siapa semua ahli kaligrafi Islam menghubungkan silsilahnya, muncul kepadanya dalam mimpi menyarankan kepadanya agar mempelajari burung tertentu. Segera sesudah itu di dalam mimpinya dia dikunjungi oleh burung meliwis yang terbang, dan bentuk sayap burung itulah yang mengilhami model huruf-hurufnya.

Legenda mengenai garis tebal dan jelas tulisan Nasta'liq dan lengkungan bulatnya g sempurna diilhami oleh seekor burung yang sedang terbang. Kejelasan kemurnian geometrisnya secara terpadu memberikan kepada tulisan sra'liq keindahan yang tampak secara sepintas bertentangan dengan aturannya yang sangat rumit dan ketat dalam penerapannya.Ada ciri umum tertentu di dalam tulisan Ta'liq, Nasta'liq dan Riqa'. Di atrnya adalah kenisbian tinggi ujungnya, Asnan (gigi), pada garis horisontal huruf tertentu seperti s dan sh, yang kerap mengisi pusat kelukan sebagian huruf, dan ujung dari sebagian besar huruf yang tidak berhubungan sangat tipis dan garis-garisnya runcing.

Ciri umum lain adalah bahwa lengkungan ciptakan perbedaan yang menyolok dalam lebar garisnya, yang berubah tiba-tiba dari garis sangat besar ke garis paling tipis yang digores dengan pena yang sarna.
Pada masa kekuasaan Shab Tahmasp (1524-76), tulisan Nasta'liq menggantikan tulisan Naskhi, dan menjadi tulisan yang biasa digunakan untuk menyalin antologi, epik dan karya sastra Persia yang lain. Semenjak pemerintahan Shah Abbas (1588-1629) yang agung ia dipakai untuk sebagian dr penulisan naskah keduniawiaan Persia, khususnya naskah yang dihiasi lukisan miniatur.

Walaupun ia sedikit sekali digunakan oleh bangsa-bangsa yang lain, ia memiliki pengaruh besar atas perkembangan seni kaligrafi mereka secara umum dan pada tulisan Naskhi pada khususnya. Baik para ahli kaligrafi Arab maupun Turki di lingkungan kekhalifahan Usmaniyyah, mengembangkan gaya campuran baru dari tulisan naskhi kecil yang mirip tulisan yang secara sederhana disebut tulisan Naskhi Usmaniyyah, dan yang kerap dipakai utk menulis dan menyalin hasil-hasil karya sastra yang melimpah pd masa itu.Tulisan Ta'liq dan Nasta'liq jarang dipakai untuk penyalinan al-Qur'an, & sejauh yang dikenal, hanya satu al-Qur'an besar ditulis dalam tulisan Nasta'liq. Salinan yang luar biasa indah ini, ditulis untuk Shah Tahmasp oleh Shah Mahmud al-Nishaburi dalam tahun 1539, membuktikan kejernihan kekuatan dan keindahan puncak yang dicapai oleh tulisan Nasta'liq.

Seolah-olah untuk membebaskan kejanggalan tulisan Nasta'liq dari kelompok huruf Qur'ani yang berpengaruh, dinasti Safawi berusaha menempatkan perannya dalam seni kaligrafi dan hias al-Qur'an periode ini memiliki ciri halaman khusus yang dibedakan dalam dua atau lebih pembagiar. yang terdiri dari huruf-huruf yang ukurannya sangat berbeda. Kerap pembagian ini sampai tujuh banyaknya, dengan bentuk vertikal yang dipakai untuk maksud hiasan yang menambah kekayaan hiasan yang telah ada.

Mir' 'Ali al- Tabrizi diikuti oleh sederet panjang ahli kaligrafi Muslim yang mengesankan, terutama ahli-ahli Persia, yang telah meninggalkan kepada kita contoh kaligrafi Nasta'liq yang berlimpah ruah. Di antara pendekar-pendekar awal tulisan ini yang perlu dibicarakan secara khusus adalah Abd al-Rahman al-Khawarizmi, seorang pelopor abad ke-15 yang mencapai kedudukan sangat tinggi. Dia diikuti dan disaingi oleh dua orang putranya, Abd al-Rahim Anisi dan Abd al-Karim Padshah.

Pemerintahan Shah Abbas yang agung di mana kebudayaan Persia mencapai puncak perkembangannya yang baru, juga merupakan zaman keemasan bagi tulisan Nasta'liq. Ia menghasilkan sejumlah besar pendekar kaligrafi, paling terkemuka di antaranya adalah Qasim Shadi, Shah Kabir ibn Uways al-Ardabili, Kamal aI-Din Hirati, Ghiyath aI-Din al-Isfahani; yang terakhir dan mungkin paling besar dari generasi ahli kaligrafi Persia ini adalah Imad al-Din al-Husayni.

Kehormatan yang dinikmati oleh para pendekar kaligrafi ini bisa digambarkan dengan anekdot bersejarah mengenai 'Imad al-Din, yang kedudukan sosialnya begitu tinggi sehingga dia berani menghina tawaran pengayoman dari Shah Abbas, dan menolak permintaannya untuk membuatkan salinan epik Persia, Shanamah karangan Firdausi.

Shah mengirim uang sedikit sebagai uang muka pesanannya pada tahun 1615, memeriksa buku itu setelah terlupa hampir setahun, tetapi Imad ai-Din menjawabnya dengan mengirimkan beberapa bab dari halaman pertama buku, yang menurut anggapannya cukup untuk mengimbangi pembayaran dari Shah. Ini membuat murka Shah' Abbas sehingga dia tak bisa memaafkan Imad al-Din, dan segera setelah itu mengirim si ahli kaligrafi ini ke akhirat.Kaligrafi Arab berkembang di India dan Afghanistan mengikuti garis yang jauh lebih tradisional. Sebuah tulisan kursif minor disebut tulisan Behari muncul di India pada abad ke-14, yang ciri utamanya adalah garis-garisnya lebar, tebal dan horisontal memanjang, yang sangat berlawanan dengan garis vertikalnya yang kecil dan mempesona.

Huruf-hurufnya mempunyai kerenggangan yang cukup baik dengan kembangan berupa lengkungan yang terbuka dan mudah dilafalkan, dan kerap ditulis dengan warna yang aneka ragam, terutama hitam dengan emas, merah dan biru.

Sekalipun lekuknya jelas, namun tulisan ini!, memiliki persenyawaan dengan tulisan yang lebih menyudut yang dikembangkan di Herat Pada awal abad ke-14 sebagai kebangkitan kembali huruf Kufi baku yang kaku, dan kita bisa menyebutnya Kufi-Herat. Tulisan ini, yang dipakai di Afghanistan juga mempengaruhi perkembangan tulisan Siyaqat dinasti Usmaniyyah yang akan diuraikan di bawah ini.

Berjuta-juta Muslim Cina yang memakai tulisan Arab, setidak-tidaknya untuk tujuan pengajian agama, biasanya mengambil gaya kaligrafi yang dewasa itu berkembang di Afghanistan, dengan sedikit perubahan. Dengan tambahan mereka lambat laun mengembangkan tulisan khusus yang disebut tulisan Sinii (Cina) dengan garis yang sangat indah dan bulatan besar, kebanyakan dipakai pada keramik dan tembikar Cina.

Gaya ornamental yang sebenarnya berasal dari tulisan Sini, dengan mempertahankan kebulatannya, namun mudah dibedakan dengan garis-garis vertikalnya yang sangat tebal dan hampir segi tiga dibandingkan dengan garis-garis horisontalnya yang tipis.

Secara keseluruhan, ahli kaligrafi di India maupun Afghanistan secara langsung dipengaruhi oleh ahli kaiigrafi Persia. Kaum Muslimin India mengambil tulisan Nasta'liq sebagai tulisan nasional dan memakainya untuk tulisan Urdu. Namun di Afghanistan dan bagian-bagian tertentu anak benua India, tulisan Naskhi yang sedikit mengalami perkembangan terus dipakai. Ciri utama yg bisa diistilahkan sebagai tulisan Naskhi India, terletak pada huruf2nya yang lebih berat, tebal dan lebih renggang jaraknya. Lengkungannya hampir sepenuhnya bulat, memberikan kepadanya kekukuhan yang tidak terdapat pada tulisan Naskhi yang lazim.Tulisan Thuluth berkembang sepanjang garis yang sama, dan karenanya ia disebut sebagai Thuluth India. Perkembangan sepenuhnya dikukuhkan di bawah dinasti Mongol (1526-1857) yang memerintah India dan Afghanistan.

Kaligrafi khususnya dijunjung tinggi oleh kaiar Mongol, Babur (w. 1530), Akbar (1556-1605) dan Jahangir (1605-28). Nama yang terakhir ini sangat mengagumi dan memperhatikan karya kaligrafi Imad al-Din al-Husayni, sehingga dia akan membayar tinggi kepada orang yang mempersembahkan contoh hasil tangan ahli kaligrafi besar Persia ini.

Dinasti Usmaniyyah, yang memperoleh nama dari pendirinya, terhitung sejak abad ke-14 awal, namun kerajaannya tidak sepenuhnya mapan sampai mereka menaklukkan dinasti Mameluk pada tahun 1517, dan mewarisi wilayah mereka di Siria, Mesir dan Arabia. Segera setelah itu, mereka mampu menyatukan seluruh dunia Arab ke dalam kerajaannya.

lni mengakhiri lembaran kejaiayaan kaligrafi Mameluk dan membuka sebuah kaligrafi baru dan mungkin yang terakhir dalam sejarah kaligrafi Islam. 0leh karena itu dari masa ini sampai akhir, sejarah seni Islam terkait dengan dinasti Usmaniyyah Turki. Ini juga berlaku pada seni kaligrafi, yang oleh dinasti Usmaniyyah dipadukan dan digerakkan agar berkembang dengan kegairahan dan imaginasi yang luas biasa.

Mereka menjadi tersohor karena kecintaannya terhadap kaligrafi, dan tanpa terpengaruh oleh pertikaian dengan musuh bebuyutan mereka di Persia mereka tetap mengagumi tradisi kaligrafi Persia dan memberlakukan tulisan Ta'liq ke dalam bahasa mereka. Hubungan yang rapat ini meluas ke bidang seni kaligrafi, tulisan buku dan penjlidan sehingga dengan peristiwa itu sangatlah sukar dikatakan dengan pasti apakah sebuah naskah dibuat di Persia atau di Turki.

Dinasti Usmaniyyah tidak saja menerima sebagian besar kaligrafi mutakhir Persia & ahli dlm bidang itu, narnun mereka juga mengembangkan beberapa gaya baru dan benar-benar asli. Mereka menghargai tinggi kaligrafi Arab, dan merasakan kesuciannya yang sangat mendalam. Ini tercermin dalam sejumlah besar naskah al-Qur'an yang berhias yang mereka hasilkan, dalam penggunaan tulisan ornamental yang melimpah di mesjid-mesjid, sekolah-sekolah dan gedung umum, dan dalam ribuan naskah kaligrafi karya keduniawian yg masih terdapat di Turki dan di tempat-tempat lain.Sumbangan terbesar bagi kaligrafi Islam adalah sumbangan dari Syaikh Hamdullah al-Amasi (w. 1520), yang dipandang sebagai pendekar kaligrafi terbesar sepanjang masa dinasti Usmaniyyah. Dia mengajar kaligrafi kepada Sultan Usmaniyyah Bayazid II (1481-1520) yang sangat menghormatinya dan membayarnya mahal untuk setiap tinta yang mengalir, sementara Syaikh menulis kalimat-kalimatnya.

Dari banyak murid berbakat Syaikh Hamdullah yang paling terkenal adalah Ahmad Qarahisari (w. 1555), yang meninggalkan kepada kita banyak contoh karya kaligrafinya. Sudah menjadi tradisi di kalangan sultan dinasti Usmaniyyah utk mengayomi para ahli kaligrafi yang baik dari masa mereka. Ini mendorong membanngkitnya sejumlah besar ahli kaligrafi pilihan, yang sebagian besar layak dipelajari secara terperinci.

Namun di sini kita akan membicarakan 'Uthman ibn 'Ali, yang 1ebih dikenal sebagai Hafiz 'Uthman (w. 1698), yang tingkatnya hanya nomor dua di bawah Hamdullah, dan keduanya memimpin deretan ahli kaligrafi terkemuka. Malahan, semua ahli kaligrafi Turki mencoba menghubungkan rantai silsilah keahliannya kepada mereka, dan menghormati mereka sedemikian tinggi.

Perkembangan lebih lanjut ten tang kaligrafi di Turki dan temp at lain terdorong terciptanya sejumlah tulisan turunan yang disesuaikan dengan keperluan, dan juga melahirkan penemuan2 aligrafi yg luar biasa, yang secara keseluruhan ornamental dan terutama dirancang agar menyenangkan atau memberi kesan menarik.Yang paling penting di antara gaya-gaya turunan itu ialah Shikasteh, Shikasteh-amiz, Divani dan Jali. Shikasteh (bentuk patah) dan tulisan ornamental kelompok Shikasteh-amiz adalah perkembangan tulisan Persia yang bertalian langsung dengan tulisan Ta'liq dan Nasta'liq. Tulisah Shikasteh dikatakan sebagai dptaan sejumlah Shafi' dari herat. Walaupun demikian yang paling tersohor dari tulisan ini adalah Darwish 'Abd al-Majid Taliqani.

Sebagai tambahan untuk kerabat dekat tulisan Ta'liq awal, Shikasteh ditandai oleh kepadatannya yang luar biasa, sebagai akibat sambungan dan garis-garis vertikalnya yang sangat rendah dan miring, dan juga karena kurangnya tanda huruf hidup. Tulisan itu kebanyakan dipakai untuk surat-menyurat pribadi dan usaha, dan untuk tulisan tangan umum bagi bahasa Persia dan Urdu. Shikasteh-amiz sering dipakai di dalam kekanseliran dan usaha-usaha resmi serupa. Tulisan ini lebih besar dan kurang padu dibanding Shikasteh, dan biasanya ditulis pada kertas terang atau berwarna.

Tulisan Divani adalah perkembangan tulisan Usmaniyyah yang sejajar dengan Shikasteh, dan khususnya dikembangkan akhir abad ke-15 dari tulisan Ta'liq Turki oleh Ibrahim Munif. Kemudian ia disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah yang terkemuka, khususnya untuk dipakai di bidang kekanseliran. Tulisan ini benar-benar kursif dan bersusun-susun, dengan huruf tanpa titik dan di luar konvensi saling berpadu, dan juga tanpa tanda huruf hidup. Tulisan Divani juga mengembangkan ragam ornamental yang disebut Divani Jali, juga dikenal sebagai Humayuni (kerajaan).

Perkembangan tulisan Jali sepenuhnya dikatakan ditangani oleh Hafiz 'Uthman dan para muridnya, yang juga menerapkannya terhadap tulisan-tulisan utama yang lain, semata-mata untuk tujuan ornamental. Ciri utama tulisanJali adalah melimpahnya hiasannya dengan beragam tujuan dekoratif, yang tidak memerlukan nilai ejaan apa pun, sehingga secara keseluruhan merupakan kumpulan susunan yang padat, membentuk persegi panjang lurus atau melengkung atau bentuk-bentuk geometris lain.Seni menulis ukuran kedl, yang terutama didasarkan pada tulisan Ghubar, menjadi sangat populer di masa mutakhir. Para ahli kaligrafi modern menyusutkan tulisan Ghubar menjadi sedemikian kecil ukurannya, menuliskannya pada obyek yang tidak lebih besar dari sebutir beras. Naskah lengkap al-Qur'an, yang secara pasti terdiri dari 77,934 kata, telah ditulis pada sebuah kulit telor ayam, dan terakhir sekali pada selembar kertas berukuran tidak lebih dari 55 sampai 45 sentimeter.

Al-Qur'an lengkap yang tidak lebih besar dari ibu jari dipakai sebagai jimat oleh orang Islam yang tak terhitung jumlahnya. Jika para ahli kaligrafi paling terkemuka di bidang ini adalah Isma'il ibn 'Abd Allah, yang lebih dikenal sebagai Ibn al-Zamakjali (w. 1386) dan Qasim Ghubari (w. 1624), maka para seniman abad ke-20 juga telah meneapai puncak keahlian itu, termasuk Hasan 'Abd al-Jawad dari Mesir, yang menulis tiga surah dari AI-Qur'an pada sebutir gandum; Nasib Makarim dari Libanon, penulis lagu kebangsaan negerinya yang terdiri dari 287 kata pada sebutir beras; dan Dawud al-Husayini dari Afghanistan, yang menulis 555 kata pada bidang yang tidak lebih besar dari satu inci bidang bujur sangkar.

Zulf-i 'arus (ikal rambut pengantin) adalah gaya yang agaknya berhubungan baik dengan tulisan Rayhani maupun Nasta'liq. Ia memiliki garis tebal yang ujungnya meliuk-liuk indah.

Gulzar adalah teknik mengisi bidang di dalam jenis besar huruf-huruf yang relatif besar dengan maksud memberikan ragam ornamental, termasuk desain tumbuh-tumbuhan, pola geometris, lukisan perburuan, gambar, tulisan kecil dan motif~motif lain.

Muthanna atau Aynali adalah seni tulisan pada kaca, di mana kesatuan di sisi kiri memantulkan kesatuan sisi kanan. Teknik ini juga dikenal sebagai Ma'kus (pantulan).Kaligrafi hewan, yang berasal dari abad ke-15 ,memperoleh daya tarik luas kelakangan ini. Sebagian besar menggunakan tulisan Thuluth, Naskhi, Ta'liq atau Nasta'liq, benar-benar diubah dan disimpangkan huruf-hurufnya untuk mendapatkan bentuk yang menyerupai binatang, burung dan lain sebagainya. Puncak huruf vertikal tertentu kadang diubah untuk membentuk garis besar figur manusia, sebuah antromorfisme yang diharamkan oleh sejumlah orang Islam.

Thugra Suatu rancangan kaligrafis yang khususnya dikenal sebagai lambang para sultan Usmaniyyah, berkat tangan generasi penerus kaligrafi berkembang mencapai puncak keindahan dan kerapian ornamentasinya.

Perkembangan yang lebih modern disebut al-Khatt al-Sunbuli, sebuah tulisan yang bergaya sedemikian berbobot dan tinggi mutunya yang mungkin berasal terutama dari tulisan Divani. Meskipun ia benar-benar mempesona dan indah, sekarang tak luas pemakaiannya.

Tulisan modern lain yang berada dalam kelompok yang sama dengan suinbuli adalah Harf al-Nar, yang memiliki ciri tambahan, sebagaimana namanya menunjukkan, yaitu ujung-ujungnya menyerupai lidah api.

Siyagat adakah tulisan fungsional yang dikembangkan oleh sultan-sultan Umaniyyah untuk keperluan kantor pemerintahan, khususnya yang bertalian dengan lisensi dan dokumen serupa yang berhubungan dengan masalah perdagangan dan keuangan. Ciri garis-garisnya lurus dan berat dan garisnya . lng agak menyudut, yang menghubungkannya dengan tulisan Kufi-Herat, digunakan di Afghanistan dan bagian-bagian tertentu India.

Huruf al-Taj (huruf mahkota) mungkin merupakan tulisan yang paling modern di antara semua. Ia dikembangkan di Mesir pada tahun 1930 oleh Muhammad Mahfuz untuk Raja Fu'ad I, yang ingin mengantarkan penggunaan huruf besar ke dalam bahasa Arab. Sebegitu jauh, sekalipun demikian, hal ini tak memperoleh hasil yang berarti, dan bahasa Arab terus ditulis tanpa huruf besar.Dewasa ini, penghargaan terhadap para ahli kaligrafi diberikan oleh seluruh kaum Muslimin selama sejarah mereka terus berlangsung, dan tercermin dalam penghormatan dan hadiah yang diberikan kepada sejumlah ahli kaligrafi mutakhir yang menonjol. Wahyu pertama dari al-Qur'an berhubungan dengan seni tulis, suatu keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia.

Salah satui sekian banyak sabda mengenai kaligrafi yang dipandang berasal dari Nabi Muhammad saw adalah " Tuhan menulis agar kebenaran tampak nyata. " Oleh karena itu tidak mengejutkan, apabila para ahli kaligrafi diayomi dan dihargai demikian tinggi sepanjang sejarahnya, menjadi faktor paling penting sebagai penghubung sesama kaum Muslimin, dan mewujudkan diri dalam seluruh cabang seni Islam, sebagaimana ilustrasi-ilustrasi berikut.

Al-Qur'an, yang merupakan firman Tuhan dan menyentuh setiap segi penghidupan orang Islam, selalu menjadi obyek pengabdian dan pusat perhatian bagi kegeniusan seni Islam. Hal ini tidak saja membuat kaligrafi terangkat ke tingkat seni suci, melainkan memb'iat ratusan al-Qur'an yang amat bagus banyak tersalin sebagai hasil yang menjadi bukti tentang kebesaran seni Islam itu sendiri.

Sesuai dengan itu, seluruhnya halaman al-Qur'an kaya dengan beragam ilustrasi seperti tampak berikut ini. Pada saat yang sama, kekayaan dan kekompleksan seni kaligrafi hanya dapat diapresiasi melalui kajian terhadap semua inskripsi yang ada pada bata, batu, kuningan, genting, tembikar, kayu dan bahan-bahan lain, dan dilengkapi dengan kajian terhadap tulisan dan gaya non-Qur'ani yang dikembangkan dalam berbagai masa oleh tangan para ahli kaligrafi ulung.